Benarkah Aku (Tidak) Mencintainya?

Benarkah Aku (Tidak) Mencintainya?

Post a Comment
3 hari ini aku menangis, merenungi nasibku sebagai wanita. Mengapa wanita sensitif sekali. Diskusi dengan suami yang tadinya hangat menjadi panas. Berbagai pertanyaan muncul di kepalaku, membanjiri mataku dengan airmata. Akhirnya kami (saya tepatnya) memilih diam dan tidak ingin berbicara lagi, menjawab pertanyaanpun dengan ketus dan ogah-ogahan. Karena perasaan tidak mendapat dukungan suara dari suami....


3 hari aku menangis menyesali diri. Cuci baju nangis, beberes rumah nagis, cuci piring nangis, bikin kue nangis, masak nangis. inet nangis. sholat nangis......kepalaku pening sekali. Gara-garanya hanya ingin di dengar, di dukung, dibela suami...ohhhh...ternyata, memang menjadi wanita itu naif sekali. Mudah marah dan kurang akal ketika datang egonya.

3 hari aku menangis. Merajuk pada yang Kuasa, ya Allah.....aku curahkan segala kegundahan pada-Nya. walaupun tetep pasang tampang kesal. Aku berusaha biasa saja. ternyata ikhlas tingkat tinggi itu susaaaaahhhh sekali. butuh perjuangan dan pengorbanan.

Kemarin Allah tunjukan petunjuknya lewat sebuah buku, tiba2 tangan ini menggapai sebuah buku lama cetakan Malaysia, berjudul hukum-hukum pernikahan dalam Islam yang tersimpan lama di rak buku yang hanya sedikit sekali koleksinya. Dapat pengasih dari tetangga orang melayu. Aku baca depannya, hukum2 yang sudah pernah aku baca sebelumnya. Akhirnya, kebiasaan lama, aku baca dari belakang. Ternyata ada kisah Shohabiyyah yang di jamin masuk surga karena pernikahan. Aku baca lambat-lambat. kemudian berubah menjadi cepat karena ingin cepat menyelesaikan sampai akhir kisah2 mereka. Subhanallahu...bagaikan disirami oleh air es, hati ini menjadi sejuk. Sedikit-sedikit perasaan hangat dan optimis merasuk dalam jiwa.

Ya Robbi... Engkau berikan petunjuk-Mu begitu mudah padaku. Begitu dekat...Begitu lembut. Allah ya Rahman. Aku menjadi malu. Sore itu, aku habiskan buku ditanganku di mobil yang mengantarkan aku menuju rumah teman di UTM. Yang mengantarkan suamiku, yang beberapa hari aku diamkan karena perasaan kesal....

Didalam buku itu, disebutkan bahwa  tiket menuju syurga ada ditangan suami, karena seorang wanita, ketika dia sudah bersuami maka syarat menuju syurga hanya 2 hal : Taat pada Allah dan Rasul-Nya dan taat pada suaminya. Hal ini sudah aku ketahui lama, tetapi mengapa kekesalan dan kesalahannya yang sedikit bisa membutakan aku untuk taat kepadanya. Ya Allah maafkan aku....

Aku malu. ingin rasanya mencium tangannya dan mengatakan " sayang, maafkan salahku ya.." tetapi lidah ini kelu. yang keluar hanyalah kata-kata, " nanti dijemput kan? umi selesai abis magrib...." Rabbi....aku bergegas menuju apartemen teman di lantai 6 bersama 2 orang anakku yang paling kecil.

Di tempat pertemuan, aku sharing apa yang aku baca tadi sore. Pengalamanku yang berharga harus aku bagikan pada teman2ku tersayang. Alhamdulillah setelah berbagi cerita, saling sharing, diskusi sedikit. Hati ini tambah ringan...riang. Dan bersiap menyambut 10 tahun usia pernikahanku pada hari ini.

Rabbi...ini adalah kado pernikahan yang luarbiasa yang Engkau karuniakan padaku. Sebagaimana kau karuniakan seorang laki-laki dalam hidupku untuk menyempurnakan sebagian din-ku. Aku percaya, bahwa dia hadir bukan atas kemauanku, tetapi atas takdir-Mu. Terimakasih ya Allah. Kekalkanlah ikatannya, naungilah dengan Cinta dan Harapan karena-Mu. Ridhloilah hamba-hamba-Mu ini ya Allah.

Suamiku, maafkanlah segala kesalahanku. Ridloi aku selalu. Jagalah tiket penerbanganku menuju Jannah-Nya sebaik-baiknya. I Love You so much...dengan sepenuh dan setulus jiwaku....



Johor, 28 Januari 2011
Ummu 4SN (+ 1sn)

Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

Post a Comment