Pindang Patin

Pindang Patin

30 comments
Memasak Pindang Patin adalah pengalamanku yang berkesan setelah perjalanan yang melelahkan ke Palembang beberapa waktu lalu. Jadi ceritanya, akhir bulan Mei yang lalu, saya dan keluarga kecil saya berkesempatan  pulang mudik ke Indonesia. Keluarga besar senang dengan kabar ini, tapi juga bertanya, "Sampai lebaran?"

Sayangnya kami tidak berlibur hingga lebaran tiba. Bukannya tidak ingin. Tetapi namanya kerja, suami tidak bisa ambil cuti panjang. Sementara anak-anak pada waktu itu sedang ada kesempatan libur sekolah dua minggu. Lumayan panjang dibandingkan libur untuk hari Raya yang hanya cuti seminggu. Liburan sekolah cuti tengah semester pertama selama dua minggu. Itupun diperpanjang hingga seminggu, karena tiket pesawat yang murah waktunya melebihi jadwal cuti anak-anak. Jadi total kami berlibur selama 3 minggu di Indonesia.

Kami memesan tiket pesawat sebelum cuti sekolah dimulai. Karena pasukan saya banyak, dua dewasa dan lima anak yang kesemuanya bayar penuh, suami mencari tiket pesawat yang murah dan fasilitas yang nyaman. Alhamdulillah, kami mendapatkan tiket pesawat yang murah meriah.

Pulang ke Indonesia setelah lama memendam rindu pada orang tua dan saudara, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Kepulangan kami ke Indonesia selain bersilaturahim juga mengenalkan anak-anak kepada kakak dan adik kakek neneknya. Apalagi setelah kedua orang tua meninggal, tinggal uwa, paman dan bibi yang kami punya.

Kami pun silaturahim ke beberapa tempat di mana uwa, paman dan bibi tinggal. Tempat yang dituju adalah Bandung, Bogor, Lampung dan Palembang.

Di Bandung kami tinggal selama tiga hari, di Bogor seminggu dan di Lampung dan di Palembang selama tiga hari.

Ketika di Palembang, kami sempatkan silaturahim ke rumah seorang sahabat saya di Johor yang telah kembali ke Palembang. Kemudian kami berjalan-jalan ke Jembatan Ampera. Jembatan yang menjadi kebanggaan warga Palembang.

Setelah itu, kami mencari kuliner khas Palembang. Sahabat saya merekomendasikan sebuah restoran yang berada tidak jauh dari jembatan Ampera. Restoran Sri Melayu namanya. Belakangan, saya baru tahu ada Restoran Sri MelayuJakarta. Ini gara-gara saya buka-buka directory. 

Ini adalah pengalaman pertama saya mencicipi masakan khas Palembang. Sahabat saya memesan Pindang Ikan dan Pindang tulang. Katanya itulah masakan khas Palembang. Saya ragu.  Nah, karena pindang-pindangan ini menu yang baru saya dengar. Saya  sama sekali  tidak makan pindang. Saya lebih menikmati makan nasi putih ditemani ikan gurame bakar. Selain itu kami memesan udang goreng tepung dan ayam goreng. Selain menu ikan-ikanan, di sini juga disediakan nasi goreng dan segala jenis sambal untuk menemani makan.

Ada sambal teri, sambal pete, sambal remis, sambal ikan, sambal tempoyak, sambal telur ikan dan sambal buah. Sayangnya saya dan anak anak bukan pemakan sambal, jadi menu sambal kami abaikan.

Ketika pesanan sampai, saya pun melihat penampakan pindang ikan patin. Ternyata berbeda dengan pindang yang saya bayangkan. Nyesel selalunya belakangan ya. Setelah sampai di rumah Paman kami, saya cerita tentang pengalaman makan di restoran Sri Melayu.

Keesokan harinya Bibi memasak Pindang Patin untuk menyenangkan hati saya. Ternyata cara membuatnya mudah saja. Bumbunya diiris, mirip dengan bumbu Tom Yum, masakan Thailand yang banyak dijual di Malaysia.  Memasak pindang patin tidak memerlukan waktu yang lama. Sekejab saja, pindang patin sudah bisa disajikan.

Saya dan anak-anak makan siang dengan pindang patin. Ya Allah, rasanya mantapp! Kuahnya segar sementara daging ikan patin itu lembut dan berlemak. Anak-anak pun yang tadinya ragu makan pindang patin, makan dengan lahap.

Sampai di Johor, suami terbayang-bayang sedapnya pindang patin buatan Bibi yang asli Palembang. Katanya semua orang Palembang pintar memasak pindang ikan patin.

Demi memenuhi keinginan suami, saya pun mencoba membuatnya meski pun yang pertama sempat gagal membuat pindang patin. Kelamaan merebus ikannya. Jadilah Pindang Patin yang tidak karuan bentuknya hihihi

Pindang Patin

  Lalu, saya pun membuat lagi untuk kedua kalinya. Belajar dari pengalaman pertama membuat Pindang Patin, saya mengolah ikannya tidak terlalu lama dan tidak diaduk-aduk. Alhamdulillah, setelah eksperimen kedua, saya pun berhasil membuat pindang patin. Yipiiii!

Saya pun mendapat pujian dari suami saya, katanya saya sudah cocok menjadi orang Palembang, wkwkwk. Bisa aja dia menghibur istrinya yang sudah berjibaku. 

Dari pengalaman membuat Pindang Patin sendiri, saya jadi sadar, ternyata kalau dipaksakan memasak masakan yang belum pernah dibuat sendiri ternyata bisa dan tidak mengeewakan hasilnya. Alhamdulillah. 


Pindang Patin Enak


Kata suami, Pindang Patin yang saya buat lumayan sudah mendekati rasa aslinya, cuma kurang pedas, kurang daun kemangi dan kurang garam heuheu

Selain itu, di Malaysia tidak ada tomat yang menambah rasa khas Pindang Patin asli Palembang, yaitu tomat cung kediro atau tomat ceri. Warnanya hijau bikin segar. Saya memakai tomat besar, yah, lumayan deh menambah rasa sedap dipadukan dengan nanas yang segar.

Ini resep Pindang Ikan Patin, mungkin ada yang ingin mencobanya juga di rumah. 

Resep Pindang Patin 

Bahan:

Ikan Patin satu ekor, bersihkan dan potong-potong menjadi empat bagian.
Jeruk nipis satu sendok makan untuk melumuri ikan
sisihkan

bumbu:

Bawang merah 10butir, iris
Bawang putih 3 siung, iris
2 batang serai, digeprek
2 buah cabe merah, iris
10 buah cabe rawit kampung, biarkan utuh
1 ruas jari jahe, lengkuas dan kunyit, iris
Setengah buah nanas, potong sesuai selera
daun bawang, iris
Tomat ceri
1 ikat daun kemangi
garam dan gula secukupnya
Air satu liter

Cara membuatnya:

Rebus air hingga mendidih, kemudian masukan semua bumbu dan ikan kecuali tomat, daun bawang dan daun kemangi. setelah matang, masukan tomat, daun bawang dan daun kemangi. siap dihidangkan.

Selamat mencoba ^_^


Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

30 comments

  1. Aku suka pindang patin itu kalo kuahnya asem dan pedaaas :D.. soalnya bnyk jg pindang patin yg kurang berasa asemnya ;p... tapi patin itu lbh enak lg kalo dibakar dlm bambu mba.. itu khas kalimantan bgt.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak, makanya suamiku protes katanya kurang pedes hihihi secara dia suka banget makan cengek, cabe rawit.

      Wah, gimana tuh caranya ikan patin bakar bambu mbak? Suamiku juga orangnya suka nyoba makanan baru, makanya dia mah lebih berlemak daripada saya yang kurus kecil ini heuheu

      Thanks sdh mampir ya mbak 😘

      Delete
  2. aiih asyiknya pindang patin palembang itu khasnya di nanas, mbk :)

    ReplyDelete
  3. ah, aku suka nih pindang patin, pertama nyoba ya di palembang

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama dong mbak, saya juga pertama kali di palembang. sukaaa ^_^

      Delete
  4. Mba.. aku sering makan pindang patin. Kalo di kaltim banyak ikan patin. Memang enak sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. yuppp ... daging ikan patin lembut dan enakkk ^_^

      Delete
  5. Ah, jadi kangen pindang patin. Waktu tinggal di Palembang saya suka makan ini tapi sejak pindah ke jawa belum pernah masak pindang patin lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayo dong dicoba lagi masak ikan patin mbak Ety, kalau udah jadi kirim ke sini ya hihihi ...

      Delete
  6. Saya juga pernah coba-coba bikin pindang patin ini, gara-gara pernah makan di suatu tempat kuliner dan ada ikan patin (bukan di pindang). TRs tanya2 kakak ipar yg asli palembang, katanya ikan patin enak juga kalau di masak pindang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wihh ... dibuat apa lagi mbak? di asam pedas enak enggak? share dong :-)

      Delete
  7. Enaaak ... pernah nyobain di resto dekat Sungai Musi pas ke Palembang.
    Request masakan berbahan daging sapi dong...

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi nyesel enggak makan di dekat sungai musi, padahal udah di situ, di tempat orang orang pada lihat jembatan ampera, hikss

      insyaAllah nanti saya share ya, pengalaman nyate daging sapi :-)

      Delete
  8. Wow kayanya muantappp caw insaalloh saya coba deh kalau bisa.

    ReplyDelete
  9. Assalamualaikum
    wah siang-siang baca ini jd laper.
    mb kasih tips dong bikin pindangnya biar ga amis gmn ya.
    kmren nyoba agak amis :(
    Trims.
    wassalam

    ReplyDelete
    Replies
    1. wa alaikumsalam, coba patinnya dicuci dulu dengan air lemon dan air garam. setelah itu basuh kembali. baru dimasak. selamat mencoba kembali :-)

      Delete
  10. enak kayaknya ni , btw blognya pinky banget mba

    ReplyDelete
  11. Saya sering nih buat ini tp gak tau kalo khas palembang. Hahahaha.. patin kesukaan anakku banget

    ReplyDelete
  12. Mba Barter Pizza sama Pindang Patin nyooook kwkwkw

    ReplyDelete
  13. wah, keluarganawara orang Palembang, doyan ama pindang beginian

    ReplyDelete
  14. Pindang di Palembang enaknya pakai Nanas Mbk, kalau aku bikin pindang enggak pakai jahe loh, aiih pagi-pagi baca ini jadi lapar deh.

    ReplyDelete
  15. aduh ..ngeliatnya jadi laper...
    aku jug aseneng banget masak pindang patinn... apalgi ngisep kepalanya....hmmm

    ReplyDelete
  16. wah selamat ya sudah berhasil memasaknya. terimakasih sudah berbagi resep :)

    ReplyDelete
  17. Pertama kali saya tau kuliner pindang juga dari keluarga besar suami yang memang orang Sumatera Selatan. Enak pindangnya :)

    ReplyDelete
  18. Yes, akhirnya berhasil ya, Teh..hehe
    Ngomongin soal si ikan patin, saya ada cerita sedih nih, dimana ikan peliharaan saya pada mati dimakan ikan patin :(

    Udah lama gak makan ikan, jadi pengen makan ikan patin ini..he
    Kalau ikan saya lebih suka dibakar, Teh..

    Kalau resepnya sih udah ada di sini, tapi saya belum yakin kalau masak sendiri rasanya bakal enak..hehe

    ReplyDelete
  19. bisa dicoba resepnya biar masaknnya gak monoton

    ReplyDelete
  20. ah sayangnya bukan pecinta pedas, padahal sambal di palembang beuhhh saya pengen lagi... tapi belum berkesempatan ke palembang lagi... heuheu

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar