Doushitano Umi wa Shiroi no?
Putri sulungku, Salma Nabila namanya. Usianya menjelang 5 tahun bulan Oktober ini. Karena dia anak pertama, kami sekeluarga memanggilnya "kakak". Sekarang dia sedang tumbuh menjadi gadis kecil yang kritis. Setiap saat selalu adaaaa saja pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari bibir mungilnya. Dan akupun harus selalu siap dengan jawaban yang benar-benar memberikan kepuasan padanya. Kalau tidak...bersiaplah mendengar perkataannya...."doshitano umi wa wakaranai no", "yappari, umi wa shiranai deshyou..." dengan bahasa jepang khas anak-anak...
Aku pun akhirnya coba balik bertanya padanya : "Kakak, siapa yang bilang kakak hitam?" selidik-ku, khawatir ada yang "ijime" (mengejek) si kakak karena berkulit hitam. Dia menggeleng keras dan mengulangi pertanyaannya yang tadi.
Akhirnya kujawab "Kakak, kata siapa kakak hitam? kakak itu anak umi yang cantik dan cerdas. Kalau kakak lihat umi kulit umi putih, karena umi setiap hari memakai jilbab dan baju panjang. Jadi kulit umi tidak terkena matahari langsung. Hmm ... coba kakak juga memakai jilbab dan baju panjang, siapa tahu kakak kulitnya menjadi putih, seperti umi." kataku sambil mengelus kepalanya dan membawanya dipelukan.
Akupun coba menenangkannya. Ini bagian yang paling susah nih. Sebab anak-anak jika sudah berkehendak sulit banget diarahkan.
Akhirnya, akupun mencoba berbicara dengan bahasa yang mudah-mudahan dapat dimengertinya. Bismillah.
"Kakak, boleh dengerkan umi yah. Umi ingin bercerita sedikit nih. Kita kan diciptakan sama Allah, kakak tahu kan? Nah, umi, abi, kakak, dede, semuanya Allah yang menciptakan. Mau berkulit hitam,atau berkulit putih, semua ciptaan Allah. Kita harus bersyukur, Kak.
Dan Allah tidak pernah melihat rupa kita, yang penting kita taat sama Allah, sholat, sayang sama umi, sayang sama Abi, sayang sama Dede, gak bujung-bujung Dede (cubit...red), suka baca do'a pas mau bobo, makan. Kakak kan sudah bisa yah berdo'a.
"InsyaAllah Sayang," sahutku. Sambil berdo'a semoga anak-anakku menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah.
"Demo, ima wa yadaaaa ... Kore ga ii! Kakak mada-mada chiicai deshyou, atsui kara!" Kakak merajuk. Katanya sekarang kan sedang musim panas, nanti aja pakai jilbab dan gamisnya. Ya, gapapa, Kak. Kan kakak memang belum wajib memakai hijab.
Alhamdulillah pembicaraan kami bertiga, umi, kakak, dede berakhir dengan riang. Tidak ada airmata lagi. Dan yang penting, saya sudah menanamkan satu cerita yang mudah-mudahan menambah pengetahuan kakak tentang hubungan dirinya dengan Allah sang Pencipta, bahwa semua yang hidup di ciptakan oleh Allah. Allah yang menentukan semua ciptaannya dan patut disyukuri. Alhamdulillah.
Dan sore hari ketika suamiku pulang dari kampus, aku ceritakan kisah di atas. Suamiku hanya berkomentar, Alhamdulillah, ada salah satu anak Abi yang memenuhi do'a Abi, ingin memiliki kulit sawo matang.
Suatu hari, Salma pernah bertanya begini :"Umi, doshitano umi wa shiroi no?" (Umi kenapa Umi (kulitnya) putih?). Nande kakak chigau yo, kakak kiro!"
Entahlah, akupun kaget juga menerima pertanyaannya yang tiba-tiba. Memang saat ini di Jepang sedang mulai musim panas. Dan anak saya setiap hari, di hoikuennya berenang.
Walhasil kulitnya, yang memang kulit Indonesia asli, berkulit eksotik menjadi tambah matang. Sebenernya anak-anak orang Jepang pun ketika musim panas cepat sekali berubah warnanya menjadi agak coklat, karena setiap hari memakai lengan pendek atau juga karena berenang setiap hari, termasuk kedua anak saya.
Aku pun akhirnya coba balik bertanya padanya : "Kakak, siapa yang bilang kakak hitam?" selidik-ku, khawatir ada yang "ijime" (mengejek) si kakak karena berkulit hitam. Dia menggeleng keras dan mengulangi pertanyaannya yang tadi.
Akhirnya kujawab "Kakak, kata siapa kakak hitam? kakak itu anak umi yang cantik dan cerdas. Kalau kakak lihat umi kulit umi putih, karena umi setiap hari memakai jilbab dan baju panjang. Jadi kulit umi tidak terkena matahari langsung. Hmm ... coba kakak juga memakai jilbab dan baju panjang, siapa tahu kakak kulitnya menjadi putih, seperti umi." kataku sambil mengelus kepalanya dan membawanya dipelukan.
Ada airmata yang mengalir dari matanya. Tanda dia kesal sekali kulitnya berbeda dengan umi dan adiknya.
Tiba-tiba adiknya, Shafa, nyeletuk, "Dede wa shiro!"
Tiba-tiba adiknya, Shafa, nyeletuk, "Dede wa shiro!"
Eh, anak 2 tahun udah bisa komentar hihih memang dibandingkan kakaknya, Shafa lebih putih. Walhasil dikometari adiknya, kakak semakin kesal dan mulai menghentak-hentakan kakinya.
"Kakak shiroi ga ii! Kakak ingin putih! (maksudnya kulitnya..red....)
Akupun coba menenangkannya. Ini bagian yang paling susah nih. Sebab anak-anak jika sudah berkehendak sulit banget diarahkan.
Akhirnya, akupun mencoba berbicara dengan bahasa yang mudah-mudahan dapat dimengertinya. Bismillah.
"Kakak, boleh dengerkan umi yah. Umi ingin bercerita sedikit nih. Kita kan diciptakan sama Allah, kakak tahu kan? Nah, umi, abi, kakak, dede, semuanya Allah yang menciptakan. Mau berkulit hitam,atau berkulit putih, semua ciptaan Allah. Kita harus bersyukur, Kak.
Dan Allah tidak pernah melihat rupa kita, yang penting kita taat sama Allah, sholat, sayang sama umi, sayang sama Abi, sayang sama Dede, gak bujung-bujung Dede (cubit...red), suka baca do'a pas mau bobo, makan. Kakak kan sudah bisa yah berdo'a.
Nah, Allah pasti sayang sama Kakak, umi dan Abi juga sayang sama kakak. Allah sayang pada ciptaan-Nya. Kakak wakatta?" aku akhiri penjelasan ku dengan menghela nafas panjang. Kuperhatikan raut wajahnya yang lonjong, dengan matanya yang besar memperhatikanku penuh takjub.
"Oh .. hmm .. kakak ga shiro ga ii dakedo. Kakak long duresu sekatte, to jilbabu. kakak sirokunatta?" tanyanya memastikan. Dia masih tetap ingin putih dan bilang, kalau dia pakai long dress dan jilbab apa bisa putih?
"InsyaAllah Sayang," sahutku. Sambil berdo'a semoga anak-anakku menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah.
"Demo, ima wa yadaaaa ... Kore ga ii! Kakak mada-mada chiicai deshyou, atsui kara!" Kakak merajuk. Katanya sekarang kan sedang musim panas, nanti aja pakai jilbab dan gamisnya. Ya, gapapa, Kak. Kan kakak memang belum wajib memakai hijab.
Alhamdulillah pembicaraan kami bertiga, umi, kakak, dede berakhir dengan riang. Tidak ada airmata lagi. Dan yang penting, saya sudah menanamkan satu cerita yang mudah-mudahan menambah pengetahuan kakak tentang hubungan dirinya dengan Allah sang Pencipta, bahwa semua yang hidup di ciptakan oleh Allah. Allah yang menentukan semua ciptaannya dan patut disyukuri. Alhamdulillah.
Lalu suamiku bercerita tentang masa kecilnya. Dulu, dia sering diledek teman-temannya, "Anak China" karena bermata sipit dan berkulit putih. Dan pernah berdoa, ingin jadi anak yang kulitnya hitam aja supaya enggak diledekin.
Ah, Abi mah aya-aya wae. Hihihi
Catatan harianku selama tinggal di Jepang
Utsunomiya-Juli '06
Utsunomiya-Juli '06
Wahh ...pernah tinggaldi jepang ya Mbak. Baca ini jadi bernostalgia dg bahasa jepang. Dulu aku ngebet bgt pengen sekolah ke jepun, dan sudah belajar bahas jepang juga. Tp rupanya belum diijinkan ALlah. Dan sekarang udah banyak lupanya ...
ReplyDeleteIya mbak saya 6 tahun di jepang ��
ReplyDeleteWah,wah, wah..6 th? Waktu ya lbh dari cukup utk menguasai bhs ibu negara yg kita junjungi. Berbau dan bergaul dngn mereka lbh cepat membantu kelancaran aplg utk anak2 yg daya tangkap dan ingatnya masih boleh dikatakan bak kertas yg masih polos dan bersih. Salma Nabila skrng usianya berapa?
ReplyDelete