Sudah empat tahun saya tinggal di Malaysia. Dan sudah empat tahun pula saya berinteraksi dengan tenaga kerja wanita dari Indonesia di negeri jiran ini. Saya bergabung dengan sebuah komunitas sosial di Johor, yaitu Ikatan Keluarga Muslim Indonesia (IKMI) yang bergerak di bidang dakwah dan sosial.
Setiap pekan kami mengadakan pengajian bersama para TKI. Terkadang setiap dua minggu sekali saya diundang mengisi taklim di hostel (asrama) mereka.
Saat pertama datang ke hostel mereka, ada sekitar 20 orang lebih yang mengikuti kajian yang diselenggarakan di sebuah surau di lingkungan hostel. Alhamdulillah, saya sangat bahagia sekali. Karena semangat mereka mencari ilmu itu sangat besar. Bayangkan, selama seminggu bekerja, bahkan ada yang hari Ahad juga bekerja, tapi mereka tetap istiqomah mengikuti pengajian.
Terkadang ada yang sambil ngantuk, tapi masih meluangkan waktu untuk hadir. Pengajian ini ini kami adakan seminggu sekali setiap hari Ahad malam, dari pukul 8 sampai 10.30 malam.
Dalam pertemuan pekanan ini, seperti biasa kami membaca Al qur'an dan membaca terjemahannya secara bergiliran. Sungguh pemandangan yang sangat memprihatinkan, karena di antara 20 orang ini paling hanya 2 orang yang sudah bisa membaca al quran dengan lancar, meski masih banyak juga yang harus diperbaiki di sana sini terutama makhrojul hurupnya. Selebihnya ada yang maih buta hurup Al Qur'an dan ada juga yang membaca Al Quran dengan terbata-bata, jauh dari membaca al quran dengan tartil.
Karena itulah, akhirnya dihidupkan kembali kelas tahsin untuk membantu mereka dalam mengenal hurup Al Qur'an dan membaca Al Qur'an dengan bacaan tajwid yang benar. Kebetulan, ada seorang ustazah lulusan LIPIA dan hafizah bersedia menjadi kepala sekolahnya dan mengkoordinir kami untuk mendampingi para TKI di kelas tahsin.
Kelas tahsin ikhwan dan akhwat ini dibuat terpisah. Kelas akhwat dikoordinir oleh lulusan LIPIA dan kelas ikhwan dikoordinir oleh ustaz lulusan Madinah.
Itulah pengalaman saya selama di Johor. Alhamdulillah empat taun tinggal di sini, adik-adik TKI sudah melek membaca Al Quran. Jumlahnya tidak besar, tapi alhamdulillah sudah memberikan angin segar kepada kawan-kawannya di hostel dan menjadi motivator teman-temannya yang lain yang belum tersentuh Al Quran.
Masih banyak TKI yang harus disentuh, terutama untuk dibantu untuk melek Al Qur'an dan mengeluarkannya dari buta Al Quran. Karena jumlahnya lebih besar dari jumlah yang telah terbina. Ini PR besar dakwah di Johor khususnya untuk TKI asal Indonesia dan Malaysia pada umumnya.
Dan faktanya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama pada tahun 2001, angka buta hurup Al Quramn mencapai 80% dari mayoritas umat Islam di Indonesia.
Dan mengalami penurunan pada tahun 2009 sebanyak 60-70%. Angka yang jika dikonversikan dengan jumlah ummat Islam di Indonesia yang berjumlah 190 juta orang, maka hasilnya adalah sebanyak 55 juta - 70 - juta yang sudah terbebas dari buta Al Quran dan sisanya buta hurup Al Quran. Angka yang fantastik!
Mengapa semua ini bisa terjadi?
Banyak faktor yang membuat mereka buta hurup Al Quran. Apalagi di zaman sekarang. Gaya hidup hedonisme telah melenakan sebagain masyarakat kita. Belum lagi masalah ekonomi keluarga yang membuat kita lebih memilih bekerja dan karena kesibukannya itu membuatnya kita lalai dari membaca Al Quran.
Pengakuan dari teman-teman TKI, setelah seharian bekerja, mereka lelah dan tidak ada waktu untuk membaca Al Quran. Sementara waktu kecil, mereka tidak ikut pengajian di madrasah.Minimnya fasilitas yang mendukung belajar Al Quran tidak tersedia di kampung mereka. Jadi pengajian yang dilakukan sekedar membaca yasinan. Itupun dibaca dengan bacaan sekadarnya. Atau mengikuti pengajian tetapi dengan guru yang memiliki kemampuan membaca Al Quran yang biasa saja. Yang penting mengenal hurup Al Quran, yang penting pernah belajar Al Quran, yang penting bisa membaca Al Fatihah dll.
Terkadang, sudah melakukan shalat, puasa dan zakat sudah merasa cukup melakukan ibadah kepada Allah. Padahal esensi dari ibadah itu harus kaafah, harus menyeluruh, bukan ibadah yang setengah-setengah. Bukan sekedar gugurnya satu kewajiban, tapi menafikan kewajiban ibadah yang lain.
Belajar membaca Al Quran hukumnya wajib. Terkadang kita sudah merasa cukup dengan khatam Al Quran sewaktu kecil dan merasa tidak perlu membacanya karena sudah khatam. Pandangan yang salah ini banyak tersebar di masyarakat kita. Padahal belajar membaca Al Quran adalah menjadi kebutuhan dasar umat Islam, karena bagaimana kita akan melakukan ibadah yang lain, jika kita tidak bisa membaca Al Quran dengan tartil. Al Quran dan sunnah adalah panduan ummat Islam di dunia.
Al Quran dari masa ke masa
Sebelumnya saya memakai Al Quran yang dikeluarkan oleh depag, alhamdulillah Al Quran itu memotivasi saya untuk terus dekat dengan Al Quran setelah saya berhijab, meskipun tulisan kecil dan belum berstandar rasmul Utsmani.
Setelah itu saya mengenal Al Quran kecil ini. Ini adalah Al Quran yang saya beli dengan uang saku sendiri. Al Quran kecil yang selalu saya bawa ke mana saja saya pergi. Dibaca dan dihapalkan isinya.
Al Quran saya yang pertama (dok. pribadi) |
Saat ini sudah banyak bentuk dan jenis Al Quran yang berada di pasaran. Dari yang bentuknya lucu dan cantik karena berpita, ada yang disampul tas cantik dan diberi fasilitas e-pen.
Isinya pun tak kalah menarik. Ada yang rainbow atau di tulis di kertas warna warni, dengan sisipan yang tak kalah cantik. Ada Al Quran untuk penghapal Al Quran.
Syaamil Madina, dengan sisipan yang cantik (foto pribadi) |
ini Al Quran yang ada di rumah. masing-masing penghuni rumah punya satu :-) |
abang sedang mengaji |
Teteh muraja'ah bersama Al Quran for Woman Syaamil |
Seiringnya waktu, saya pun sudah tidak bisa membaca Al Qur'an dengan hurup yang kecil. Saya dekarang lebih suka membaca Al Qur'an memakai Al Qur'an yang besar dan berhurup besar.
Ingin sekali saya memiliki Al Quran besar dengan tanda tajwid dan ada terjemahan perkatanya sekaligus. Sayang sekali, saya belum berkesempatan memilikinya. Alhamdulillah beberapa waktu lalu, saya mengikuti lomba menulis cerita anak yang diadakan oleh Syaamil Al Quran dan saya mendapatkan Al Quran Bukhara. saya pun masih setia menunggu Al Quran itu sampai dipangkuan saya :-)
Al Quran Bagaimana yang Belum ada Di Indonesia?
Saya rasa semua sudah ada di Indonesia. Dari Al Quran for women Azalia Hishna, Al Qur'an Miracle dengan E-Pen reader, Syaamil Quran For Kids (MYFA), Al Quran untuk di praktikan seperti Al Quran Hijaz produk Syaamil, Al Quran Bukhara.
Bahkan sekarang ada Smartphone Syaamil Tabz. Yaitu tablet dengan content aplikasi yang super lengkap. Tak hanya memuat aplikasi untuk belajar Al Quran dan membacanya, tetapi juga dilengkapi dengan aplikasi referensi shahih untuk menunjang kita dalam beribadah.
Semua sudah lengkap ^_^
Al Quran yang Bagaimana yang diperlukan oleh Umat Islam di Indonesia saat ini?
Melihat fenomena yang menyedihkan atas mayoritas umat Islam yang belum melek hurup Al Quran, saya berpikir untuk Al Quran yang cocok untuk umat Islam saat ini adalah:
1. IQRO atau tuntunan membaca Al Quran yang menggunakan E-Pen.
Ini untuk mengantisipasi kelangkaan guru mengaji / tahsin disebuah kawasan pedesaan agar mereka bisa belajar secara mandiri dengan baik dan benar. Hal ini ditujukan untuk memperbaiki bacaan Al Quran masyarakat sesuai tajwid. Masyarakat bisa menggunakannya bersama keluarga di rumah.Dan alhamdulillah, produk ini sudah diluncurkan oleh Syaamil Quran,
New Miracle the Reference 22 in 1 E-Pen plus Buku Iqro Assyaamil dan Juz Amma Yaasin Perkata.
New Miracle e-pen plus Iqro |
Usulan saya, mungkinkah Syaamil memberikan cicilan yang lebih rendah lagi, misalnya bisa dicicil perhari. Agar semua masyarakat miskin baik di kota besar maupun di pedesaan mendapatkan manfaat yang besar dari Al Quran Miracle ini.
Karena sebagian besar masyarakat yang buta Al Quran beragam, dari kalangan atas, menengah dan miskin. Tidak semua orang mampu memfasilitasi diri dan keluarganya dengan fasilitas yang memadai untuk belajar Al Quran.
2. Program wakaf Al Quran
Dengan memberikan wakaf Al Quran bagi masyarakat yang kurang mampu. Diharapkan dari program ini akan terbina rasa saling mengasihi antar umat Islam. Termotivasi untuk membantu saudaranya dalam memberantas buta hurup Al Quran.Wakafnya pun langsung ke tangan masyarakat. Lebih baik jika ada pengawasan dan dikoordinir oleh orang yang mau menjadi relawan Melek Al Quran. Dengan demikian wakaf akan berjalan sesuai tujuan yang ingin dicapai, yaitu memberantas buta hurup al Quran.
Al Quran di bawah ini akan bermafaat sekali karena bisa menbantu masyarakat untuk dekat dengan Al Quran, tetapi tidak tepat diberikan kepada orang-orang yang masih buta hurup Al Quran. Saya prefer dengan memberikan IQRO E-Pen. Kalau Syaamil bisa memberikan dukungan dengan membuat program wakaf Iqro E-pen ini akan besar sekali manfaatnya kepada umat Islam yang masih buta hurup Al Quran.
Epilog
Berharap ajang pameran yang diselenggarakan IKAPI Bandung dan Syaamil Quran akan memberikan pencerahan untuk masalah buta hurup Al Quran ini. Dengan memberikan edukasi yang terus menerus kepada masyarakat betapa pentingnya IQRA, membaca. Baik itu membaca buku untuk kehidupan dunia maupun membaca Al QURAN sebagai pedoman hidup umat Islam, dunia dan akhirat.
Jika membutuhkan volunteer, insyaAllah saya sebagai anggota Paberland, sebuah Komunitas Penulis Anak, dengan suka cita akan membantu dalam pendistribusian wakaf Al Quran kepada masyarakat yang membutuhkan.
*Tulisan ini saya ikutkan dalam Lomba Parade Ngeblog yang diselenggarakan oleh Syaamil Quran dan IKAPI Bandung
Duh, prihatin banget ya Teh lihat kondisi para TKI yg belum bisa Al-Quran. Sudah hidupnya susah, banyak masalah, rawan pegangan hidup lagi. Mudah-mudahan para ustadz dan ustadzahnya tetap semangat ngajar ya Teh.
ReplyDeleteiya teh, meuni prihatin. Enggak cuma itu aja teh, mereka juga yang enggak gaul dengan Al Quran teh hidupnya suram, banyak masalah dan gaulnya enggak beres. Malah ada yang diduga kena HIV juga, kalau yang hamil di luar nikah mah, dah ngeri ngitungnya teh :'(
DeleteNuhun teh doanya, amin ya rabbal alamin ...