Bahagia di Usia Tua

Bahagia di Usia Tua

10 comments
Seperti biasa, setiap kali saya menjemur pakaian di depan rumah, atau mencabuti rumput saya sempatkan mengobrol dengan seorang nenek yang rumahnya di depan rumah saya. Seperti hari lainnya, beliau mencabuti rumput di halaman belakangnya itu sambil santai seperti di tepi pantai.
"Nenek mah santaiii ajaa .. ngoreedd ... abis sepi di rumah sendirian." Teriakan yang sering kali dilontarkannya setiap kami berpapasan. Dan saya akan menertawainya karena itulah yang membuatnya senang.

"Duh, si nenek mah bandel. Disuruh enak-enakan di rumah malah ngored! Sakit lagi geura!"

"Ih, justru kalo diem aja mah sakit, nenek. pegel-pegel!" 

mata saya tertuju pada tampah yang berisi daun-daunan hijau di belakang nenek.

"Apa itu Nek? tunjuk saya sambil terus menjemur pakaian di pagar."

"Itu, obat. ada yang ngasih nenek obat. Eh, kemarin kan saya opnam, enggak tau, ya?" Saya menggeleng.

"Itu, gara-gara kencing berdarah."

"Pasti nahan pipis atau kurang minum ya?" tuduh saya.

"Iya, saya suka nahan kencing!"

"Ih, jangan Nek, itu bahaya. Kalau mau pipis, pipis aja, jangan ditahan-tahan. Tuh, kan jadi kencingnya berdarah. Tapi sekarang sudah normal, Nek?"

"Sudah. sekarang enggak boleh ngeteh dan ngopi!" Alhamdulilah sudah sembuh sakitnya. Hanya ada beberapa pantangan seperti tidak boleh minum teh dan minum kopi.

Saya melihat ke sekeliling. Sepi, mana Bunda? Putrinya yang biasa menemani.

"Sepi Nek, si Bunda kemana?" saya alihkan pembicaraan, ngeri sendiri bahas penyakit hehhe

"Kan udah pindah. sekarang ya begini deh, sendirian. ngored!" 

"Oh udah pindah, yaa." 

"Iya, udah pindah!" Nenek menyebutkan sebuah kawasan perumahan di dekat perumahan kami. Katanya, cucu satu-satunya akan kembali ke rumah, tidak kost lagi, sebab kasian neneknya sekarang tinggal sendirian. Ada sih kakek, tapi kakek juga masih dinas. Meskipun kantornya dekat rumah.

Ah .. selalu merasa sedih jika mendengar orang tua dan sendirian. Saya selalu merasa berdosa kepada kedua orang tua dan orang tua mertua. Saat mereka tua, saya tidak ada didekat mereka. Sekadar menemani mereka mengobrol atau mengajak jalan-jalan ke tempat mereka suka. Waktu mama sakit, saya sedang kuliah di Semarang. Dan akhirnya mama meninggal ketika saya sedang mengurus pekerjaan baru yang akhirnya gagal tidak jadi bekerja di Semarang, balik kampung. Pernah, waktu di Malaysia, saya ingin mengajak Papa dan Bapak tinggal di Malaysia, tapi keduanya menolak. Kalau papa takut naik pesawat, kalau bapak, kuatir tidak ada yang menjaga rumah. Ketika papa dan bapak meninggal kami pun sedang berada di Malaysia. Nyesek banget karena kedua orang tua meninggal saya tidak berada dekat dengan mereka. Dan ketika saya tiba, hanya tanah merah yang ada di hadapan saya. Allahumaghfirlahum warhamhum wa afihi wa'fuanhum ...

Saya sering mengingatkan kepada pak suami dan diri saya tentunya (ibu rumah tangga juga punya kerjaan sampingan kann), untuk tetap berpikir rasional dalam bekerja. Jangan terus memforsir diri untuk pekerjaan dan melupakan bermain bersama anak-anak atau tidak memikirkan kesehatan. Tidak menjadikan bekerja sebagai beban, tapi menjadikan pekerjaan itu sebagai ibadah. Selalu mengingatkan tidak membawa pekerjaan dan kemarahan di kantor ke rumah agar pikiran tetap waras. Karena harta yang paling berharga itu adalah anak-anak dan keluarga yang saling mendukung. 

Harta dunia tidak akan membawa kebahagiaan jika kita memperlakukan diri kita sebagai budaknya. Karena kita akan terus mengejarnya hingga tubuh kita menjadi tua dan renta. Saat tua dan renta kita tidak mendapatkan apa-apa kecuali fisik yang banyak penyakit. Uang yang kita dapatkan bertahun-tahun, menerjang hujan, berangkat pagi pulang malam untuk mengobati sakit yang diderita. Dan akhirnya ketika kita kembali kehadapan Allah, kita tidak akan membawa apa-apa di akhirat, kecuali amal shaleh. Doa anak-anak yang sholeh dan sholihat. Istri yang selalu mendoakan hingga akan terus mengenang setiap kebaikan yang dilakukan oleh suami kepadanya. Tidak akan pernah ke lain hati karena hatinya sudah tertambat kepada suami yang melindunginya dan menyayanginya semasa hidup. Begitu juga sebaliknya. 

Ini semacam pengingat untuk diri saya. Bahwa saya tidak selamanya dalam keadaan sehat. Tidak selamanya muda. Tidak selamanya bersama anak-anak. Tidak selamanya bersama suami. Tidak selamanya hidup di dunia. Jadi,  hiduplah di dunia  penuh kebahagiaan. Penuh kasih sayang. Saling mendukung dan saling mendoakan satu sama lain. Sehingga hari-hari akan terasa menyenangkan.

Dan saya akan menjadikan pagi ini menjadi pagi yang penuh berkah dan senantiasa menjadi pagi yang penuh dengan kesadaran untuk selalu memperbaiki diri agar lebih baik setiap harinya. Aamiinn ... 
Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

10 comments

  1. Kadang, bukan kadang lagi tapi seringkali ngerasa sedih ya mbak kalo lihat nenek-nenek hidup sendirian di rumah. Mau nggak mau langsung mbayangin masa tua nanti

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya benar mbak, bebrapa kasus di dekat rumah terjadi, orang tua yang meninggal sendirian dan ditemukan setelah berbau busuk. Sedih mengingatnya mbak. Itulah makanya Allah ciptakan kita berkelompok, bersuku-suku, berkeluarga agar saling mendukung satu sama lain. Makanya saya selalu mengingatkan diri, bahagiakan diri, agar sehat selalu dan dapat memberikan kebahagiaan juga kepada orang lain.

      Delete
  2. sebagai wanita bekerja, saya berusaha gak membawa rasa stres di kantor ke rumah, Mba. Sebisa mungkin, saat pulang ke rumah, fokus saya untuk diri sendiri dan keluarga, terutama anak-anak

    ReplyDelete
  3. Amin... Aku pun nanti sama pasangan mau bikin visi misi supaya tetap ada di keseharian anak karena kan kita gak tahu umur ya. Jadi biar mereka ada kenangan kebersamaan dengan kita

    ReplyDelete
  4. menjadi renungan banget ya Mbk, kadang aku kerja keras buat anak dan keluarga tapi lalai jaga kesehatan, makasih banget udah diingatkan

    ReplyDelete
  5. duh baca judulnya aja langsung bayangin masa masa yang akan datang, dan setuju banget ya mba bahwa kita jangan terlalu memporsir tenaga kita untuk kerja nanti, semoga kita semua bahagia selalu ya mba

    ReplyDelete
  6. Saya juga senang ngobrol dg orang2 yg orang tua2. Biasanya banyak cerita hidup yg mereka bagikan. Kadang orang tua memang gak nyaman untuk hidup di rantau, ikut dg anak. Banyak sodara juga yg gak betah di Jakarta, padahal anak2nya mencukupi. Moga kalau kita diberi umur panjang, Allah izinkan untuk menua dg penuh rasa syukur, seperti si nenek.

    ReplyDelete
  7. selalu sedih kalau lihat Nenek yang tinggal sendiri padahal sebenarnya punya banyak anak cucu tapi karena kesibukan dan berbeda tempat tinggal jadi mereka harus terpisah.
    semoga kelak jika kita tua nanti masih bisa berada tidak jauh dari anak-anak ya Mbak.

    ReplyDelete
  8. Jleb banget teh, aku hobby kerja jadi kayak kerjaan itu sesutu yang bikin aku happy. Dampaknya sering kecapekan huhuhu. Harus mulai menyadari ya, trus itu serem banget teh kencing bernanah. Harus banyak minum air putih ya

    ReplyDelete
  9. bener banget, Mba.. kita perlu membahagiakan diri sendiri. Kebahagian buat saya pribadi sih dengan mengejar akhirat, insya ALlah tenang hati. Kayaknya lapang aja untuk segala hal.

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar