"Lihat ada burung putih terbang dari bukit itu!" seru Tiko Tikus.
"Hei, lihat! Ikan itu mengajak kita berenang!" seru Mimi Kucing sambil menunjuk ikan yang sedang berenang di dalam sungai.
"Aku pernah melihat burung elang. Besarnya lebih besar dari burung yang terbang tadi!" kata Tiko Tikus bangga.
"Jangan sombong kamu. Aku juga pernah melihat bunga raksasa," kata Mimi Kucing tidak mau kalah.
Teman-temannya tertawa mendengar pertengkaran Mimi Kucing dan Tiko Tikus. Mereka sudah paham kedua temannnya itu memang tidak pernah akur.
Di antara dua puluh anak pramuka itu ada Tiko Tikus, Mimi Kucing, Heli Anjing dan Guri Gurita yang mengikuti acara perkemahan Sabtu Minggu tersebut. Ini kali pertama mereka bermalam jauh dari Mama dan Papa.
Pak Panda, kakak pembina mereka, mewanti-wanti anak-anak agar tidak pergi jauh dari tempat perkemahan. Taman perkemahan itu penuh dengan anak-anak anggota pramuka dari sekolah lain. Pak Panda tidak ingin anak-anak hilang atau celaka.
Saatnya pembagian kelompok. Tiko Tikus, Mimi Kucing, Heli Anjing dan Guri Gurita satu kelompok. Mereka mendirikan tenda dibantu oleh Pak Panda.
"Aku tidak mau satu tenda dengan Tiko Tikus!" Mimi Kucing protes.
"Aku juga tidak mau satu tenda dengan Mimi Kucing!" protes Tiko Tikus.
Pak Panda menggeleng kuat. "Kalian sudah diputuskan satu kelompok. Kalian belajarlah berteman." katanya sambil tersenyum lebar.
"Baik anak-anak! Setelah makan siang dan membereskan tenda kalian. Kita akan melakukan penjelajahan di sekitar bukit bunga tulip. Setiap kelompok bertangungjawab kepada teman satu kelompoknya. Paham?" komando Pak Panda.
"Paham, Kak!" jawab anak-anak dengan penuh antusias.
"Baiklah, kakak akan membagikan selembar peta. Peta ini menjadi panduan kalian dalam menyusuri bukit bunga tulip. Siapa yang bisa menemukan kotak harta karun yang kakak simpan di salah satu pohon. Maka kalian menjadi pasukan pramuka cekatan!"
"Hore!" anak-anak berseru penuh semangat. Menjelajah hutan berpedoman peta? Menemukan harta karun? Itu petualangan yang mereka tunggu-tunggu!
Lima kelompok pramuka cilik itu pun berbaris dan mengikuti instruksi di peta yang diberikan oleh Pak Panda. Pak Panda dibantu oleh Kak Kiki Kuda, Kak Jeje Jerapah, Kak Lala Rusa dan Kak Momo Monyet. Mereka mendampingi anak-anak pramuka cilik dari jauh.
Siang itu, anak-anak pramuka beritu bersemangat. Begitu juga dengan Tiko Tikus, Mimi Kucing, Heli Anjing dan Guri Gurita. Guri Gurita menjadi ketua kelompok. Di dalam peta itu tergambar trek perjalanan mereka. Ada tanda silang dan tanda panah yang menandakan mereka boleh jalan terus atau tidak boleh melewati jalan. Ada hamparan bunga tulip yang diberi tanda silang. Artinya mereka tidak boleh sampai ke daerah itu.
Pramuka cilik itu berjalan dengan berbaris. Sayangnya, Tiko Tikus dan Mimi Kucing bertengkar terus di sepanjang jalan. Heli Anjing dan Guri Gurita kadang-kadang menutup kedua telinga mereka karena bising mendengar kedua temannya itu bertengkar.
Saat di pertigaan jalan di bukit bunga tulip peta di tangan Guri Gurita pun menjadi rebutan mereka.
"Wah, kita harus belok ke mana ya?' tanya Guri Gurita sambil memperhatikan peta di tangannya.
"Sepertinya kita lurus saja, Teman," jawab Heli Anjing sambil mencium-cium tanah.
"Kalau menurutku belok kiri!" kata Tiko Tikus.
"Bukan! Belok kanan!" kata Mimi Kucing, tak mau kalah.
"Kiri!"
"Kanan!"
"Lihat tandanya!"
"Aku juga lihat tandanya!" Mimi Kucing merampas peta itu dari tangan Tiko Tikus.
Terjadi tarik menarik. Bret! Peta itu pun robek menjadi empat bagian.
"Aduh! Kalian ini bagaimana sih? Lihat! Peta ini jadi sulit dibaca!" Guri Gurita gusar melihat peta mereka robek. Dia berusaha menyambung kembali serpihan peta yang sudah berbentuk puzzle di atas tanah. Tiba-tiba angin menerbangkan kertas-kertas itu. Dua bagian peta hilang dibawa angin.
"Ya, bagaimana kita membaca peta ini," kata Guri Gurita dengan wajah sedih.
Tiko Tikus dan Mimi Kucing menunduk karena menyesal.
"Bukan salahku. Dia yang sok tahu!" Tiko Tikus membela diri.
"Aku juga tidak salah! Dia yang salah!" Mimi Kucing tak mau disalahkan.
"Sudah-sudah. Lebih baik kita lurus saja! Ayo ikuti aku! Peta ini sudah tidak terbaca, artinya kalian harus mengikuti aku. Hidungku mampu mencium bau jejak teman-teman kita!" kata Heli Anjing.
Semua menuruti kata-kata Heli Anjing. Mereka menyusuri jalan bukit bunga tulip. Semakin dalam, semakin dalam, semakin dalam.
"Heli, ini jalan menuju kotak harta karun?" tanya Guri Gurita.
"Ehmm ... aku tidak tahu. Aku hanya mencium bau teman-teman kita saja," jawab Heli Anjing tersipu malu.
"Kakiku sudah pegal sekali. Sepertinya kita sudah berjalan kaki jauh sekali. Tapi, hei, di mana kita?" Guri Gurita melihat ke sekeliling. Tiko, Mimi dan Heli mengikuti pandangan Guri Gurita.
Di depan mereka terhampar bunga tulip berwarna-warni. Padahal di dalam peta itu mereka tidak boleh melewati hamparan bunga tulip, karena itu artinya mereka sudah berada di tengah-tengah bukit.
Terselip rasa takut di hati mereka. Tiko, Mimi, Heli dan Guri merapatkan tubuh mereka. Tidak ada siapa-siapa kecuali mereka. Bukit yang tadinya menyenangkan berubah menyeramkan. Mereka pun duduk di dekat hamparan bunga tulip. Bunga yang indah itu tidak mereka hiraukan karena cemas. Mereka takut tidak bisa kembali ke perkemahan.
Mimi Kucing mulai menangis. "Aku tidak mau bermalam di bukit ini!" katanya tersedu.
"Kita akan cari jalan keluar. Jangan menangis Mimi," kata Guri Gurita menghibur.
Tiko dan Heli duduk diam di dekat mereka.
"Maafkan salahku ya, teman-teman. Kalau peta itu tidak sobek, kita tidak akan tersesat," Tiko menunduk menyesali perbuatannya.
"Iya, aku juga minta maaf ya teman-teman," kata Mimi Kucing sambil terus tersedu. "Tiko, maafkan aku ya," katanya pada Tiko.
"Iya, Mimi. Aku juga minta maaf ya," kata Tiko sambil menjabat tangan Mimi.
Guri Gurita dan Heli Anjing tersenyum. Mereka senang kedua temannya saling bermaaf-maafan.
"Nah, begitu dong! Kita tim cekatan yang kompak!" seru Guri Gurita senang. Heli anjing melompat-lompat saking senangnya.
"Karena sudah hampir gelap, lebih baik kita membuat tanda saja. Aku akan memanjat pohon cemara dan mengibarkan kaosku ini. Warnanya merah, bisa dilihat dari jauh." kata Guri Gurita memberi ide.
Semua setuju. Guri Gurita pun menaiki pohon dan mengikat kausnya yang berwarna merah. Kaus itu berkibar tertiup angin. Warnanya yang mencolok mudah dikenali oleh Pak Panda.
Berkat kaus merah Guri Gurita, mereka pun selamat. Mereka ditemukan oleh kakak-kakak pembina. Bukan itu yang membuat mereka senang, tetapi mereka lebih bahagia karena menjadi tim cekatan yang kompak.
Cerita ini diikutkan dalam lomba Winnercity
Cantik Mb Tuti...
ReplyDeleteapanya nih yang cantik mbak Aisyah hehhee *GR :-p
Delete