Surat Kakak untuk Abi

Surat Kakak untuk Abi

9 comments
Surat Kakak untuk Abi. Hai, Moms, ini adalah tulisan lama saya. Menceritakan tentang betapa kangennya si kakak karena ditinggal Abi ke Indonesia untuk penelitian. Iya, suami saya setiap tahun, selalu pulang ke Indonesia untuk melakukan penelitian bersama dengan profesornya. Saya dan anak-anak jaga rumah, menunggunya pulang.

Waktu itu...

Musim dingin, 14 Desember, tahun 2006 di Utsunomiya. Suami saya pulang ke Indonesia. Kalau sedang merantau begini, bingung ya antara pulang atau pergi ini ya hiihhi

Selama kami ditinggal, saya melakukan aktifitas seperti biasa. Meskipun harus menghandle 3 anak sendiri tanpa pembantu, tapi alhamdulillah ada tetangga saya, Bu Arif yang ringan tangan membantu saya. Juga Bu Komori yang sudah seperti ibu saya (nanti saya ceritakan juga tentang saya dan Bu Komori, ya). Beliau baik sekali, care banget sama saya dan teman teman orang Indonesia yang merantau di Utsunomiya. Beliau sekretaris perkumpulan Indonesia Jepang di Tochigi. Kami kerap diundang untuk jalan-jalan, barbeque, makan-makan, menyambut mahasiswa baru dan perpisahan mahasiswa.

Jadi tidak ada yang perlu dirisaukan. Apalagi teknomogi di Jepang memudahkan sekali ibu dengan anak banyak ini. Teman saya, Bisma san juga meminjamkan saya alat pembuat roti yang praktis banget. Alhamdulillah banyak teman yang membantu. 

Anak-anak juga tidak merasa bosan di rumah. Kerap saya ajak bermain di lingkungan kampus yang hanya berjarak 300 meter dari rumah. Bisa diakses dengan berjalan kaki.

Teteh duduk di tepi kolam di Udai
Teteh duduk memberi makan ikan 

Alasan mengapa abinya anak-anak pulang ke Indonesia.

Ada dua alasan mengapa suami saya pulang ke Indonesia. Terus kenapa saya dan anak-anak tidak diajak? 

Begini alasannya.

Pertama untuk penelitiannya. 

Tempat penelitian suami saya  di Cidanau, Banten. Jadi setiap tahun 2 kali pulang ke Indonesia. Biasanya dibulan Agustus dan Desember. Terkadang tidak hanya penelitian saja, tetapi ada conference juga di sana.

Kedua, pulang untuk mengurus pekerjaan. 


Rencananya kami akan kembali ke Indonesia tahun depan, karena suami sudah selesai masa studinya. Alhamdulillah, akhirnya pulang juga ke Indonesia.

Yah, seenak-enaknya tinggal  di Jepang tentu lebih enak tinggal di kampung halaman yah. Lagipula orangtua sudah kangen sama cucunya dan sebagai anak ingin deh mewujudkan cita-citanya menjaga cucunya, mengantar ke sekolah, membawa ke mesjid setiap shalat jum'at untuk cucu laki-laki. Jadi terharu banget kalau ingat itu.

Kakak S1 juga sudah besar. Sudah berusia 5 tahun. Sebelum Abinya pulang, dia menitipkan surat untuk kakek dan neneknya nenek dan kakeknya dalam tulisan hiragana. Terus terang saya takjub sekali dengan keterampilannya menulis hiragana. Meskipun belum begitu rapi tapi sudah bisa terbaca. 

Dia juga mengirim surat untuk kakak sepupunya. Waktu terakhir kali bertemu sepupunya, usianya ketika itu berusia 7 bulan.

Terus terang, saya takjub dengan keterampilan menulis hurup Hiragana si kakak. Meskipun belum begitu rapi tapi sudah bisa dibaca tulisannya.

Memang anak saya, S1 dan S2, saya titipkan ke hoikuen (taman penitipan anak) selama saya bekerja dan kemudian melahirkan S3. Di sana tidak diajarkan membaca dan menulis, namun herannya anak-anak bisa membaca dan menulis.

Ternyata rahasianya adalah dengan mendekatkan anak-anak dengan buku. Jadi anak-anak hoikuen setiap pagi dibacakan storytelling. Lalu bermain kartu (karuta). Karuta ini semacam bermain flash card. Pas banget pada masa ini, konsep Glen Doman sedang mendominasi pendidikan anak usia dini.

Begitu saja setiap hari. Berulang-ulang. Belajar sambil bermain memang menyenangkan.

Jadi tidak heran jika si kakak bisa membaca dan menulis Hiragana di usia 5 tahun.

Nah, kembali ke cerita si kakak menulis surat untuk abinya. Sebelum Abinya pulang dari Indonesia, si kakak menulis surat untuk Abi. Katanya surat kangen. Diberikannya nanti ketika  Abi pulang.

Surat Kakak
Tulisan Hiragana kakak S1 saat usia 5 tahun


Begini isi suratnya:

あび おげんき ですか 
かか は げんき 
でも かか が ころんだ けど
あび はやく かえてきて 
みんなと あそんだ
あび と あそびたい
あび に あいたい
あび と おしゃんぽ いきたい
かか は みんなと あそんだ もちつき 
あび が きたら おげんき で

Abi, O-genki desu ka
Kaka wa genki
demo kaka ga koronda kedo
Abi hayaku kaetekite
Minnato asonda
Abi to ashobitai
Abi ni aitai
Abi to o-shampo ikitai
Kaka wa minna to mochitsuki ikitai
Abi ga kitara ....
O-genki de

Selanjutnya dah gak kebaca hihihi

Ini si Kakak cerita, dia sehat selama di rumah, meskipun dia sempat jatuh. Ingin main sama abi, ingin jalan-jalan sama abinya dan rindu abi.

Dia juga cerita, dia ingin pergi ke undangan mochitsuki. Mochitsuki ini adalah festival membuat mochi yang sering dilakukan pada musim dingin. Jadi curhat dia, pengen segera ayahnya pulang. Kalau sudah pulang kan bisa ke festival. Biasanya kita berkumpul di rumah pak Sugiyama. Setiap tahun beliau mengundang kami untuk membuat mochi di rumahnya. InsyaAllah saya akan bahas juga tentang Mochitsuki yaa.

Mochitsuki
Mochitsuki di rumah Pak Sugiyama


Di acara ini, selain kita bisa makan mochi sepuas-puasnya, juga kita makan Miso siru. Miso Siru ini sup yang sering disajikan ketika musim dingin. Rasanya hangat dan ngangenin.

Kembali lagi ke surat kakak untuk Abi, begitulan anak perempuan yah. Katanya sih lebih deket sama ayahnya dibandingkan dengan ibunya. Hmm .. emang iyah sih saya juga merasakan sendiri. 

Dulu waktu saya kecil, saya setiap hari bersama Mama di rumah. Pulang sekolah yang dicari mama, tapi begitu hari libur, papa yang dicari. Saya kerap memijit papa, menginjak-injak punggunya, mencari uban.Tuh, kan jadi kangen papa deh!

Saya pun menulis surat untuk pak suami setiap hari selama suami di Indonesia. Sekadar menyampaikan laporan aktifitas harian kami selama ditinggalkan di negeri orang. Suami saya memang tidak bisa jauh dari saya, sehari enggak ada kabar, dia sudah resah luar biasa.

Maklum, dulu tidak ada whatsapp seperti sekarang ya. Adanya email. Jadi kami mengirim kabar lewat email.

Catatan harian saya selama tinggal di Jepang
Utsunomiya, 20 desember 2006

Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

9 comments

  1. Walaupun lebih enak tinggal di negeri sendiri, tapi banyak pula keuntungan tinggal di negara orang ya Mbak. Setidaknya si Kakak, kecil-kecil sudah bisa nulis menggunakan kanji Jepang untuk menuangkan rindu pada ayahnya.

    ReplyDelete
  2. ya Allah mba saya baca judulnya aja langsung basah mata saya, ingat ayah saya yang sudah tidak mungkin lagi bisa memeluk dan menemuinya. Sehat-sehat ya adek sekarang alhamdulillah sudah kumpul lagi ya, jadi rindunya sudah bisa dicurahkan ke ayah ya. Sehat dan selalu diberkahi ya mba untuk keluarganya, semoga selalu berkumpul dan bahagia, aamiin

    ReplyDelete
  3. Konsep pendidikan di Jepang emang keren, pantas aja disana orangnya pintar-pintar, pendidikan buat anak aja juga unik buktinya kakak S1 bisa menulis dengan baik meskipun umurnya masih balita, sepertinya di Jepang menerapkan prinsip bisa karena terbiasa.

    ReplyDelete
  4. Sampai di bagian ini:

    "... ternyata rahasianya adalah dengan mendekatkan anak-anak dengan buku. Jadi anak-anak hoikuen setiap pagi dibacakan storytelling. Lalu bermain kartu (karuta). Karuta ini semacam bermain flash card"

    ... aku membuat catatan di buku aku.

    Iya setiap hari aku buat catatan seperti jurnal.

    Isinya, catatan penting dari materi hari itu.

    Seperti, "pencerahan" dari mba Sri di atas, aku masukkan juga!

    ... sekaligus self reminder.

    ReplyDelete
  5. Sebuah cerita yg menyentuh. Anak-anak dibesarkan dengan pendidikan Japan ya. Bagaimana skrg setelah berada di Indonesia?

    ReplyDelete
  6. keren mbak. Terharu aku mbak, Jepang emang salah satu negara yang menjadi kiblat proses pembelajarannya yang amat sangat baik, makanya tidak heran jika Jepang salah satu tempat tujuan untuk melanjutkan pendidikan

    ReplyDelete
  7. Pengen banget bisa merasakan tinggal di negeri orang mba, jadi pengalaman berharga untuk anak-anak ya

    ReplyDelete
  8. MasyaAllah begitu kangen abi ya mba. Gemes bisa bahasa Jepang plus nulisnya. Keren. Jadi ingat merantau waktu itu aku juga bikin surat untuk. Ibuk

    ReplyDelete
  9. Selalu ingin sekolah di Jepang sejak dulu, tapi gak pernah dapat ijin 😂akhirnya .. cuma bs ke sana sebentar untuk liburan! Sayapun penasaran dengan festival mochi tapi pas ke sana kmrn kelewat..

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar