UKM Dina Wujudkan Impian Yuyun Ahdiyanti Membawa Kain Tenun Khas Bima Go Internasional

UKM Dina Wujudkan Impian Yuyun Ahdiyanti Membawa Kain Tenun Khas Bima Go Internasional

Post a Comment
Sungguh bahagia sekali membaca kisah inspiratif, UKM Dina wujudkan impian Yuyun Ahdiyanti membawa kain tenun khas Bima go internasional. Dengan demikian Yuyun tak hanya sukses membranding dirinya sebagai pengusaha kain tenun yang sukses namun juga mengharumkan nama kota kelahirannya, Bima, juga negara Indonesia secara umum di kancah dunia. 
UKM Dina wujudkan impian Yuyun Ahdiyanti

Sejak saya kuliah di jurusan Pendidikan Tata Busana, dua hal yang ingin saya tekuni adalah belajar lebih mendalam tentang membatik dan menenun. Sayangnya, kedua keterampilan penting di dunia fashion ini tidak pernah terwujud.

Banyak faktor yang membuat saya tidak berhasil mewujudkan cita-cita tersebut. Salah satunya karena saya akhirnya dibawa nomaden suami ke negeri yang jauh dari tanah air, sudah sibuk dengan kegiatan ibu rumah tangga, mengasuh anak, dan lain sebagainya. Namun kerinduan saya pada dua keterampilan membatik dan menenun ini masih ada di dalam diri saya. Waktu tinggal di Malaysia saya pernah mengajak anak saya membatik di perpustakaan dekat rumah dalam event mengisi liburan sekolah. Nah, yang keterampilan menenun malah belum pernah, jadi masih sekadar wacana. Semoga suatu saat nanti saya berkesempatan bisa memegang alat tenun dan bisa menggunakannya juga. 

Okey, curhatan saya sekadar intermezo saja, yaa. Yuk kembali lagi ke ceritanya mbak Yuyun Ahdiyanti.

Cuplikan kisah mbak Yuyun ini saya baca di laman penerima anugerah SATU Indonesia Awards 2024. MasyaAllah, mbak Yuyun ini sungguh menginspirasi banget. Sampai saya akhirnya seperti tertampar bolak-balik, kalau mau maju memang selalu ada jalannya. Apalagi dengan latar belakang keluarga mbak Yuyun yang sudah dekat banget dengan dunia pertenunan, akhirnya bisa saya simpulkan untuk membuat semua mimpi itu terwujud adalah hanya satu modal yang harus dikuatkan, yaitu: TEKAD.

Bagaimana ceritanya, yuk baca sampai selesai, yaa.

Berkenalan dengan Yuyun Ahdiyanti Owner UKM Dina

Yuyun Ahdiyanti adalah seorang penenun berbakat dari Bima, sebuah daerah di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Yuyun dikenal dengan keterampilan dan dedikasinya dalam menjaga dan melestarikan kain tenun khas tradisional Bima. 

Yuyun hanyalah seorang anak keturunan keluarga penenun di Ntobo. Tekadnya semakin kuat ketika dia merasakan bahwa desanya sebagai desa penenun kain khas Bima jarang diperhitungkan. Padahal desa tempat tinggalnya itu adalah desa para penenun. 

Yuyun pun akhirnya mencari tahu mengapa hal itu terjadi? Ternyata warga penenun di sekitar rumahnya kesulitan dalam mengakses modal dan pemasaran. Makanya, desa Ntobo yang merupakan desa penenun kalah terkenal dengan desa sebelah.

Yuyun pun bertekad menaikkan kembali pamor Desa Ntobo sebagai salah satu desa penghasil kain tenun khas Bima. Yuyun mengunggah kain tenun khas Bima milik keluarga di sosial media miliknya. Hasilnya? Boom! Yuyun banyak mendapatkan pesanan.

Yuyun Ahdiyanti yang mendirikan UKM Dina pada tahun 2015 ini amat sangat senang. Dia pun berbagi orderan kepada warga sekitanya. Yuyun mulai melebarkan usahanya dengan cara memberi modal kepada keluarga penenun di sekitarnya dan membantunya dalam pemasaran. 

Yuyun berusaha menjaga kualitas kain tenun dari desanya sehingga meski pekerjanya dari berbagai keluarga, tapi kekhasan kain tenun Bima tetap terjaga. 

Walhasil UKM Dina akhirnya bisa memberikan manfaat kepada 200 orang penenun dan 15 orang penjahit. Tak hanya memberi manfaat finansial pada warga sekitar desa Ntobo, Yuyun juga berhasil menjadikan desa tercintanya, Desa Ntobo menjadi desa wisata Kampung Tenun. Banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri. Demikian juga dengan pesanan kain tenun khas Bima, pangsa pasarnya pun sudah merambah dari dalam negeri ke luar negeri. Kain tenun khas Bima pun go internasional!

Saat ini UKM Dina berkolaborasi dengan berbagai pihak agar melancarkan usaha warga Ntobo dalam melestarikan kain tenun khas Bima. Salah satu kerja sama yang on going adalah dengan akademisi dibidang pewarnaan kain dengan membuat zat pewarna dari alam yang lebih canggih lagi. Sehingga proses pewarnaan akan lebih cepat dan lebih baik lagi. 

Yuyun juga tak lupa melakukan pelatihan-pelatihan atau workshop teknik menenun kain tenun khas Bima kepada remaja-remaja putri di sekitarnya, agar generasi mendatang dapat menjaga kelestarian kain tenun tradisional khas Bima agar tidak punah.

Mengenal Kain Tenun Khas Bima

Tenunan khas Bima ini memiliki berbagai motif yang penuh makna dan mengandung filosofi dari alama sekitar Bima dan kearifan budaya lokal setempat. Kain tenun khas Bima juga memiliki warna yang unik sebagai ciri khas kain tenun Bima yang unik seperti tergambar di bawah ini:
Yuyun Ahdiyanti

Pertama motif yang khas. Motif kain tenun Bima seringkali terinspirasi dari alam, kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, dan simbol budaya lokal setempat. Beberapa motif yang seringkali dijumpai adalah motif kali wori atau motif ikan kecil, motif mata jara atau mata kuda, dan motif kembang atau motif bunga.

Kedua warnanya yang cerah dan kontras. Warna-warna kontras yang biasa dipergunakan pada kain tenun Bima seperti merah, kuning, biru, hijau yang kesemuanya mencolok mata. Penggunaan warna yang kontras dan cerah ini menunjukkan bahwa masyarakat Bima merupakan masyarakat yang memiliki kekayaan budaya dan keberanian. Warna-warna yang dipergunakan adalah warna yang didapat dari bahan alam sehingga asli tidak ada campuran warna dari bahan kimia.

Ketiga teknik penenunan tradisional. Tenun Bima dihasilkan dari alat tenun tradisional yang diturunkan secara turun temurun, makanya mba Yuyun itu ingin sekali melestarikan kain tenun Bima ini karena dikhawatirkan akan punah seiring dengan kepunahan dari keluarga yang memiliki keterampilan menenun.

Keempat mengandung filosofi budaya lokal. Kain tenun khas tradisional Bima ini setiap motif dan warnanya membawa filosofi kehidupan, kepercayaan, dan harapan warga Bima. Kain tenun khas Bima biasanya dikenakan ketika ada perayaan adat, upacara, dan perayaan penting lainnya sebagai status dan simbol identitas budaya setempat.

Kain tenun khas Bima sebagai salah satu simbol kearifan lokal Bima berusaha diselamatkan dari kepunahan oleh Yuyun Ahdiyanti dengan cara menghidupkan kembali semangat para penenun di desa Ntobo. Waktu 9 tahun bukanlah waktu yang sebentar dalam merintis sebuah UKM semacam UKM Dina dan berhasil melewati semua tantangan yang ada. 

Simpulan

Yuyun Ahdiyanti mendirikan UKM Dina di Bima sebagai wadah yang menaungi para penenun di Desa Ntobo untuk mengembangkan dan memasarkan kerajinan tenun khas Bima. 

Yuyun lewat UKM Dina tak sekadar memproduksi kain tenun khas Bima saja, namun dia juga melakukan pemberdayaan, terutama pemberdayaan perempuan dengan memberikan pelatihan teknik membuat tenun khas Bima. Syukur alhamdulillah cita-cita Yuyun terkabul, ingin melestarikan seni tenun khas Bima dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi para penenun desa Ntobo. Apalagi ini UKM Dina wujudkan impian Yuyun Ahdiyanti membawa kain tenun khas Bima go Internasional. MasyaAllah, keren banget, ya.

Hasil tenunan kain khas Bima ini lewat UKM Dina disulap menjadi beraneka barang yang menaikkan harga kain tenunan tersebut, seperti menjadi kain siap pakai, selendang, pakaian dan aksesories. Upaya yang dilakukan Yuyun Ahdiyanti sungguh sudah maksimal banget, yaa, sampai akhirnya barang hasil kerajinannya disukai oleh wisatawan domestik dan internasional. Sehingga patutlah jika akhirnya mbak Yuyun Ahdiyanti terpilih menjadi salah satu penerima anugerah SATU Indonesia Awards 2024.

Selamat, ya Mbak! Teruslah menginspirasi!
Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

Post a Comment