Sejarah Masa Lalu Bukan Untuk Dilupakan

Sejarah Masa Lalu Bukan Untuk Dilupakan

11 comments

Tahukah Bunda, pada tanggal 2 Oktober tahun 2001, pada tanggal itu pernah menjadi Hari Tersedih bagi saya .

Eh, bukankah tanggal 2 Oktober itu Hari Batik?

Ehiya sih ... waktu itu mah saya belum begitu engeh, Hari Batik atau bukan. Yang pasti mah saya teh sedih pisan.

Apa pasal?

Sebab pada hari itu bertepatan dengan hari dimana suami saya pergi meninggalkan saya.

Selama-lamanya? 

Engga sih, untuk sementara aja. Studi S3 di Jepang.

Wah seneng dong. Entar pasti boyongan ke sana!

Iya, sih. Tapiiii... Pada saat itu, saya sedang menunggu hari kelahiran putri saya yang pertama. 

Yah .. Gimana engga sedih coba. Putri pertama. Melahirkan pengalaman pertama. Bayangan ditemani suami. Dihibur. Dibelai. Disayang. Dielus-elus kayak di sinetron atau di film-film (lebay) hancur sudah! 

Alhamdulillah Allah masih memberi saya kewarasan waktu itu. Simple aja sih. Saya tidak berjuang sendiri. Ada putri saya yang memberi saya kekuatan superwoman. Dan Allah Maha Rahman dan Rahim tak akan meninggalkan saya sekejab pun. Setelah berdamai dengan keadaan dan situasi. Saya pun lebih menikmati hidup. Menunggu dengan penuh kesadaran dan kebahagiaan akan lahirnya seorang anak dari rahim saya. Ditinggal suami, saya lebih banyak.menghabiskan waktu dengan membaca literatur tentang persiapan melahirkan dan cara merawat bayi baru lahir. Lebih fokus pada persiapan lahir dan batin sebagai calon ibu. Alhamdulillah ketika melahirkan, saya didampingi oleh ibu mertua dan kakak perempuan saya.

Baca juga: Hah, Hamil lagi?!

Dan perjuangan pun tak sia-sia sekarang bayi mungil itu pun tumbuh menjadi gadis remaja usia 16 tahun yang sehat dan kuat. Sekarang sedang menuntaskan sekolah tahfiznya di sebuah rumah Tahfiz di kota Hujan. Alhamdulillah ala kulli hal. 

Kakak di sekolah tahfiz
Sejarah, senantiasa memberi jejak yang berarti dan penuh makna dalam kehidupan. Saya setiap hari menceritakan sejarah kehidupan di rumah kecil kami kepada anak-anak saya. Sejarah masa kecil saya. Sejarah masa kecil ayahnya. Sejarah masa kecil anak-anak. Juga tentang sejarah Rasulullah SAW.

Ih, si Ummi teh mau nulis apa sih sebenarnya? 

Ini, si Ummi teh mau cerita tentang sejarah. Ceritanya, lagi Ummi lagi ikutan ODOP (One Day One Post) Blogger Muslimah Indonesia. Hari pertama passs temanya tentang Jangan Melupakan Sejarah.

Jas merah! Demikian kata Bung Karno pada saat dilengserkan dari jabatan Presiden RI pertama. Jangan melupakan sejarah!

Ya ... Sejarah tak untuk dilupakan. Sejarah diulang-ulang agar kita dapat memetik hikmah dari sebuah sejarah dan juga waspada pada kejadian yang mungkin akan menimbulkan petaka. Saya membuka postingan ini dengan cerita pengalaman saya waktu pertama kali melahirkan, sendiri tanpa didampingi suami, bagi saya itu juga sejarah. Sejarah keluarga kecil kami. Hingga suami pun sampai sekarang masih ingat betapa dia galau di bumi sakura mengenang perjuangan saya melewati saat-saat kritis sebagai seorang ibu. Alhamdulillah saya bisa melewatinya berkat kasih sayang Allah. Itu sejarah keluarga saya ya. Bagaimana dengan sejarah negera kita tercinta?

Nah, jelang tanggal 30 September yang lalu. Sebuah jaringan televisi menayangkan film G30SPKI dan masyarakat pun berinisiatif untuk nobar (nonton bareng) film tersebut baik di lingkungan RT, RW, dan sekolah.

Alasan ditayangkannya film tersebut rata-rata untuk mengingatkan kembali pada masyarakat betapa berbahayanya ideologis PKI yang pernah ada di Indonesia. Bagaimana PKI mengkhianati perjuangan bangsa ini dengan menumpahkan darah dari saudara sebangsanya sendiri.

Saya masih ingat waktu SD sampai SMP saya dan seluruh teman-teman sekolah menonton bareng film G30SPKI di gedung Kemuning Gading. Malamnya, saya engga bisa tidur! Syerem! Ngeri jika diceritakan detail kejadian pengkhianatan yang dilakukan PKI kepada para jendral dan keluarganya . Dan sejarah akan berulang jika kita lengah dan menganggap biasa perlakuan PKI pada saat itu. Kewaspadaan penting untuk menghidupkan ghirah dalam.menjaga keluarga dan bangsa dari ronrongan ideologi yang bertentangan dengan agama dan juga pancasila.

Nah, setelah nobar di sekolahnya. Putri saya yang ke-2 berdiskusi tentang film tersebut. Putri saya ini duduk di kelas 8. Kalimat pertama yang saya dengar dari mulutnya adalah "Mi, kalau kejadian itu ada lagi di Indonesia, kita harus bagaimana?"

Pertanyaan yang menohok sekali. Sebab waktu saya menonton film itu waktu SD hingga SMP tidak pernah terpikir PKI akan hidup lagi dan membuat kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan bertahun lampau.  (waduh ummi waktu itu lagi ngapain ya? nonton atau tidur tuh, ya hihihi)

Anak saya jeli. Atau mungkin, sebelum menonton dia sudah menerima informasi dari guru atau temannya, hinnga dia bisa mendapatkan dua informasi. Visual dan bahasa. 

Saya yang belum mengerti arah pembicaraannya pun bertanya ulang. "Kejadian apa, Teh?"

"G30SPKI."

Sebelum saya menjawab pertanyaannya, saya meminta pendapatnya tentang film tersebut. 

Jawab si teteh saya masukan dalam beberapa kata kunci, syerem, ngeri, kok bisa jahat kepada sesama orang Indonesia, kenapa bisa begitu, PKI tidak percaya pada Allah, menghalalkan segala cara. 

Dan saya pun menjawab apa keresahannya. Jika kejadian itu berulang kembali, Nak, maka yang harus dipersiapkan adalah mental pejuang. Jika kita berperang melawan kezaliman, kekufuran dan kemaksiatan pada Allah, membela tanah air dan ketinggiam agama Allah dan sebab itu kemudian kita ditakdirkan mati, insyaAllah kita mati syahid. 

Tidak ada yang sia-sia di mata Allah, maka dari sekarang niatkan selalu hidup kita sebaik-baik mungkin. Selalu berpegang pada tali agama Allah dan berperilaku mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Yang bisa kita lakukan sekarang hanya berdoa kepada Allah agar negeri ini senantiasa dilindungi dari kejahatan manusia. (Emak bukan lagi ceramah, ye hehe)

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang nenek berusia 80 tahun. Perawakannya memang sudah tua tapi masih sehat dan ingatannya juga masih kuat. Saya pun bertanya kepadanya soal keraguan beberapa orang yang mengatakan bahwa peristiwa G30SPKI itu hoax. Film buatan orba yang memelintir kejadian yang sebenarnya. 

Nenek usia 80 thn cerita PKI
Dalam Bahasa Sunda yang kental, nenek itu menceritakan ulang apa yang diingatnya. Bahwa banyak Gerwani yang ditangkap dan dieksekusi. Di eksekusi karena membunuh para jendral.

Dulu, nenek saya pun menceritakan hal yang sama dengan apa yang diceritakan oleh nenek itu. Zaman susah saat itu dan semua orang tidak menyangka akan ada kejadian mengerikan justru setelah kemerdekaan.

Pembicaraan tentang sejarah selalu menarik jika mendengarkan langsung dari.pelaku sejarah. Meski demikian harus senantiasa melihat track record dari orang yang menjadi narasumber. Sebagaimana para perawi hadits, tentu kita harus mencari hadits yang shahih dari orang-orang yang sangat menjaga keaslian dan keshahihan hhadis yang disampaikan Rasulullah SAW. Misalnya shahih Bukhari dan Muslim. 

Begitu juga dengan sejarah tanah air kita, tentu kita harus berpegang pada pengumpul sejarah dari orang-orang yang terbukti paling loyal kepada tanah airnya dan takut kepada Rabb-Nya jika berkata bohong.

Berbicara tentang sejarah memang mengasyikan. Apalagi sekarang ditambah dengan sejarah tak melulu buku-buku tebal yang menjemukan. Buku-buku sejarah sekarang hadir lebih menarik, berupa komik dan novel sejarah yang mungkin bisa dituntaskan sekali duduk. Eh siapa tahu ada lho hehhe

Intinya, sejarah masa lalu tentu bukan untuk dilupakan. Iya, enggak? Dengan mengingat, menceritakan berulang-ulang agar jika baik dapat memberikan motivasi positif. Jika buruk akan menambah kewaspadaan agar tidak terulang kembali. Sebagaimana Allah SWT  mengulang-ulang ayat tentang kekufuran Fir'aun, peperangan, kesombongan Qorun dan juga ayat-ayat janji dan ancaman, agar menjadi pengingat hamba-Nya agar menjadi peringatan dan kembali kepada jalan yang lurus yang diridloi oleh Allah SWT.
Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

11 comments

  1. Masya Allah semoga istiqomah putrinya ya mbak.. :)

    Benar mbak, perih kalau Ada yang bilang sejarah diplintir Dan sebagainya. Eyang saya pun cerita bagaimana kelamnya malam itu. Bahkan beliau sampai buat Surat wasiat jikalau beliau ikut menjadi korban keganasan PKI. Semoga Allah jauhkan hal2 buruk tersebut dari Indonesia ya mbak. Aamiin.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, saya sangat senang baca buku sejarah

    ReplyDelete
  3. kalo sejarah masa lalu bangsa Indonesia dilupakan, anak2 kita tdk akan pernah tahu bagaimana pengorbanan para pejuang kita ya mba... utk itu perlu banget anak2 kita tahu ttg sejarah, makanya ada pelajaran sejarah :)

    ReplyDelete
  4. beberapa tahun terakhir memang kayaknya gencar banget ya usaha untuk membersihkan nama PKI ini. jadi ngeri sendiri

    ReplyDelete
  5. Wah anaknya lagi sekolah tahfiz, keren sekali mbak.. ^^

    Tanpa sejarah, kita tidak akan pernah belajar. Kita bukanlah kita hari ini kalau bukan karena sejarah mbak.. ^^

    ReplyDelete
  6. Aku juga ngikuti sejarak terjadinya peristiwa tersebut Mbak, aku cari sumber yang independen, dan gak mau berkonlfik, jadi mending diskusi sama suami saja

    ReplyDelete
  7. Aku suka bahas sejarah sama kakekku yang veteran, kadang suka berbeda dengan apa yang dikatakan orang-orang, tapi setidaknya aku jadi tau sejarah.

    ReplyDelete
  8. enak kalau denger langsung dari org yg mengalami masa itu ya, mba

    ReplyDelete
  9. JAS MERAH! Jangan sampai melupakan sejarah... ^_^

    ReplyDelete
  10. Masya Allah mbak dapat cerita langsung dari si nenek. Betapa besar trauma beliau tentang kejadian puluhan tahun lalu.

    ReplyDelete
  11. Putrinya kritis sekali ya. Jadi ingat dulu aku kecil jg selalu nonton film itu krm wajib diputar di tV stiap 30 september. Dan kebetulan jg kakek nenekku saksi hidup sejarah masa itu. Jd, cukup sudah hatiku mentap menolak PKI

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar