Puasa hari pertamaku di waktu kecil seru!

Puasa hari pertamaku di waktu kecil seru!

24 comments

Puasa hari pertamaku di waktu kecil seru! Bagaimana tidak, setiap hari adalah petualangan. Energiku seolah tidak pernah habis meskipun aku berpuasa. Sehingga kenangan berpuasa di masa kecil membuatku sering kali kagum pada diriku sendiri. 

Eh, hallo Moms, karena puasa hari pertama hasil sidang itsbat pemerintah jatuh pada tanggal 3 April, jadi kali ini aku akan bercerita pengalamanku puasa pertama waktu kecil saja, yaa.  

Puasa hari pertamaku di waktu kecil seru!

Nah, moment menjelang puasa begini, biasanya aku jadi radio yang terus mengulang kelincahanku di waktu kecil dulu yang diperdengarkan pada anak-anakku. Meski sudah berkali-kali diceritakan, setiap kali menjadi cerita baru karena banyak juga pertanyaan dari anak-anakku. Malah komentar mereka bilang: "Asyik ya, Mi, waktu Umi kecil banyak temannya dan enggak ada korona."

Iya alhamdulillah ala kulli hal. Dulu dan sekarang memang jauh berbeda sekali kondisinya. Dulu tidak ada korona, jadi anak-anak bebas bermain sepanjang hari dan tidak takut berjalan-jalan ngebolang karena (mungkin) penjahat masih sedikit.

Dulu, semua orang merasa bahagia dengan kemeriahan Ramadan, tidak terganggu dengan suara bedug yang ditabuh bertalu-talu. Tidak ada yang resah ketika diperdengarkan suara orang mengaji, ceramah atau membangunkan sahur dari corong musholla atau masjid. 

Kondisi saat itu sungguh kondisi yang membahagiakan. Kita lanjut ke ceritaku pada masa kecil dulu.

 Puasa setiap hari? Oke! Lemes? Kadang-kadang sih. Nangis pengen buka, pernah enggak? Pernah sih, tapi aku tahan! Puasa mengganggu acara bermain enggak? Of course enggak! Malah banyak sekali permainan yang aku lakukan sepanjang hari. 

Jadi ketika kecil dulu, seminggu jelang puasa aku dan teman-teman sudah berikrar akan berpuasa. Bahkan sehari sebelum berpuasa sejak pukul 4 sore sudah menyimpan sajadah di tempat pengajian. Dulu, saya dan kakak mengaji kepada istri teman kerja Papa, namanya Bu Ipoh. Nama aslinya Bu Syarifah, entah kenapa dipanggil Bu Ipoh, mungkin sebab kita urang Sunda kali ya, lebih enak di lidah dengan memanggilnya Bu Ipoh (atau sekedengerannya anak-anak aja kali, ya. Entahlah).

Seringkali kami rebutan duluan menyimpan sajadah agar mendapatkan tempat yang uwenak di dekat jendela. Kebetulan rumah Bu Ipoh itu jendelanya, jendela geser gitu. Jadi bisa mengintip ke luar kalau lagi sholat (Plak! jangan ditiru, gaes!

Kala itu aku masih duduk di sekolah dasar. Setiap kali bulan puasa Ramadan ada challenge dari guru agama yaitu meminta tanda tangan setiap kali berpuasa, shalat tarawih, mendengarkan ceramah dan membaca al Qur'an. Wah, challenge yang menantang sekali.

Jadi setiap hari dalam bulan Ramadan, kemana-mana aku membawa buku catatan Ramadan agar mudah meminta tanda tangan ustaz ustazah.

Begini aktivitas puasa hari pertamaku di bulan Ramadan.

Shalat Tarawih Berjama'ah

Seperti cerita di atas, setelah shalat ashar saya dan teman-teman berlomba menyimpan sajadah. Jadi kadang diam-diam kita berangat duluan agar tempat favorite tidak dipakai teman. Eh, ternyata teman pun punya pikiran yang sama. Jadilah kita main lomba lari ke rumah Bu Ipoh. Siapa cepat dia dapat.

Alhamdulillah Bu Ipoh dan keluarganya sudah maklum dengan perilaku kami yang sedikit "barbar" itu. Masuk ke dalam rumahnya gedebukan, karena tempat shalat dan mengaji ada di lantai atas rumahnya.

Nah, pulang dari tarawih ini juga kita main lomba lari lagi. Setelah minta tanda tangan, aku dan teman-teman langsung bergegas ke musholla. Ikut memeriahkan pukul bedug di musholla. Aku sudah menyiapkan batu di dekat rumah, sehingga ketika mudah memukuli tong bedug dengan suara yang nyaring.

Wih senang sekali. Sementara yang tidak kebagian tempat memukuli tong bedug, menari-nari mengikuti irama bedug dan bersorak. Meriah!

Setelah menyimpan sajadah, kita main di lapangan sampai pukul 9 malam. Kebetulan rumahku samping musholla. Jadi enggak takut pulang malam. Saat Ramadan juga ramai anak-anak main bergerombolan. 

Bangun Pagi Membangunkan Sahur

Tradisi di rumahku, membangunkan sahur dengan memukuli bedug dengan irama tertentu. Selain ada yang memukuli bedug, ada juga yang memukuli tong bedug. Nah, aku suka ikut bangun untuk memukuli tong bedug itu. Seperti yang aku lakukan sehabis shalat tarawih. Benar benar membuat semangat sekali. Mengirup udara pagi, memukuli tong bedug dengan sekuat tenaga sambil berteriak-teriak: SAHUR! SAHUR!

Benar-benar pagi yang meriah! dan gak ada yang marah kala itu. Mereka malah senang karena ada yang membangunkan sahur dengan cara hingar bingar.

Jalan Kaki Menuju Masjid Ikut Kuliah Subuh

Habis shalat Subuh di musholla, aku dan teman teman secara bergerombol berjalan kaki ke masjid yang mengadakan Kuliah Subuh. Kami tidak mengikuti di masjid dekat rumah, tapi ke beberapa masjid yang bisa kami capai. Sekalian jalan-jalan haha haduh ini jangan ditiru yaa.

Jadi sampai di masjid kita mendengarkan sudah hampir akhir acara. Lalu antre meminta tanda-tangan ustaz yang memberikan kuliah subuh.

Berjalan-jalan Pagi Mengumpulkan Buah Kenari

Setelah mengikuti kuliah subuh, aku dan teman-teman pulang lewat jalan lain yang lebih jauh. Menuju tempat yang banyak biji kenari jatuh. Kami mengumpulkan buah kenari lalu dibawa pulang untuk dibuat kue kenari. Di Bogor memang banyak pohon kenari dan buahnya sering berjatuhan.

Wah nenekku senang sekali karena dengan demikian persediaan buah kenari penuh karena setiap hari aku membawa oleh-oleh buah kenari. Aku suka kue biji kenari buatan nenekku. Makanya aku senang sekali bisa membawa pulang buah kenari setiap kali jalan pagi.

Bermain di Lapangan

Setelah berjalan pagi, kita ngobrol di lapangan dekat rumah. Membicarakan apa saja yang kami lihat selama diperjalanan. Padahal waktu di jalan kami mengomentari itu juga, eh di lapangan topiknya masih sama. Malah makin seru haha 

Lalu kita main dampu, main gala asin, main layangan, apa saja yang membuat kami sibuk dan lupa bahwa kami sedang berpuasa. 

Di hari lain, aku dan teman-teman kadang mencari strawberry liar yang tumbuh dekat selokan di dekat jalan kereta api. Fyi, rumahku dekat jalur kereta api ke arah stasiun Bogor. Dulu itu selokannya masih bersih. Kadang aku dan teman-teman main di selokan itu. Dulu air selokan itu jernih sekali hingga dasarnya kelihatan.

Sayangnya sekarang setelah pembangun jalur kereta 2 arah, malah jadi kotor dan banyak limbah dair pasar. Tumbuhan liar seperti strawberry liar pun tidak ada yang tumbuh lagi di sana. Bahkan airnya sudah keruh dan banyak sampah.  

 Jajan untuk Berbuka Puasa

Nah, setiap sore, aku kadang minta uang jajan minta dibelikan rujak buah atau mie glosor di warung tetanggaku. Senangnya karena antre dan bisa memilih sendiri rujak yang aku inginkan. Padahal ibuku juga membuat mie glosor. Seneng ngatrenya aja sih haha 

Mengenai mie glosor ini emang mie bulan Ramadan, ini yang saat ini aku kangenin dan sudah pernah aku bahas juga di 10 hal yang aku kangen di bulan Ramadan

Kadang juga beli cemilan ciki di toko Sinar Matahari, yang traktir kakak sepupuku. Kita berjalan ngabuburit ke toko Sinar Matahari. Dulu itu satu-satunya toko yang ada di Bogor. Wah, senang sekali aku dapat cemilan yang tidak bisa aku makan setiap hari.

Indahnya Berpuasa Ramadan

Alhamdulillah, aku senang sekali bisa menceritakan kembali pengalamanku puasa hari pertamaku di waktu kecil dulu. Cerita ini aku perdengarkan terus kepada anak-anakku agar mereka pun bisa merasakan kebahagiaan selama berpuasa di bulan Ramadan dan mengambil hikmah sebanyak-banyaknya dari ceritaku. Kalau Moms, cerita apa yang paling berkesan dari cerita puasa di waktu kecil? 

Btw, selamat menjalankan puasa Ramadan buat Moms dan keluarga yang menjalankannya. Semoga Allah SWT menerima seluruh ibadah kita semua di bulan mulia ini. Mohon maaf lahir dan batin, yaa.

Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

24 comments

  1. Seruuu banget jaman puasa masa kecil ya Mak.
    Aakk, aku juga pengin mengingat memori masa lampau di bulan Ramadan nih
    bener2 ngangenin, apalagi part berburu tanda tangan ustadz sehabis tarawih, berasa JUMPA FANS ceunah wkwkwkwk

    (nurul bukanbocahbiasa(dot)com )

    ReplyDelete
  2. Ini seru sekali bulan puasa di waktu kecilnya Mak
    Masya Allah kalau ingat jadi terkenang indahnya
    Di bagian antri minta tanda tangan merasakan juga hahaha. Karena wajib dikumpulkan ke guru agama ya. Padahal kadang kita banyak bercandanya sama teman saat ceramah, atau lihat-lihat keluar kapan selesai dan boleh main lagi hihihi

    ReplyDelete
  3. Aku ngikik baca bagian balapan masang sajadah biar dapat tempat yang diinginkan. Kebayang itu lari2an rebutan haha.

    Seru mbak baca cerita pengalaman puasa hari pertama waktu kecilnya. Bakal selalu jadi kenangan indah untuk disimpan maupun diceritakan.

    ReplyDelete
  4. Indahnya puasa di masa kecil ya mom. Memorinya masih tersimpan ya suasana menjalankan puasa. Semoga dilancarkan ya puasanya sampai akhir tanpa godaan.
    Salam:
    Dennise Sihombing

    ReplyDelete
  5. kenangan yang menyenangkan ya mbaaa. aku inget, ke mesjid ngecengin cowo yang sekolah di sebelah sekolahku. kecil-kecil ganjen, haa. Sehat dan lancar puasanya ya mba

    ReplyDelete
  6. Aku pun jadi teringat puasa masa kecilku, kayaknya dulu lebih banyak aktivitasnya. Inginnya semangat puasa jaman kecil itu jadi tertular anakku.

    ReplyDelete
  7. Jaman kita kecil, bulan Ramadan itu indah banget, ya. Gak ada sesuatu yang ini dan jtu.

    Paling suka itu sehabis subuh, terus jalan-jalan. Walau jalan kaki tapi gak terasa capek, mungkin karena banyak temen-temennya.

    ReplyDelete
  8. Hahaahhaa aku senyum2 ngikik sendiri baca pengalaman puasa maka kecilnya, ga jauh beda sama aku Mak.
    Paling seneng kalo dah ngumpulin takjil trus berburu tempat naro sajadah di mesjid, Kabur lagi ke rumah buat makan hajj, ahh ngangenin masa ituu..

    ReplyDelete
  9. Waktu kecil aku pun rajin banget solat subuh di masjid..jalan kaki pula. Setelah dewasa..hmmm berasa jauh banget deh masjidnya huhu..meski pun di sekitarku banyak masjid yang deket tetep lebih nyaman di rumah aja solat bareng anak2..

    ReplyDelete
  10. Setiap Ramadhan sama nih berburu tanda tangan buku amalan Ramadhan, kalau sekolah libur main mulai dari remi, dakonan dkk.

    Ramadhan itu seruu ya jaman kecil meskipun sahur tapi lingkungan sekitar sudah ramai, berburu kuliah subuh juga dulu sama teman-teman.

    Memori yang menyenangkan a mak

    ReplyDelete
  11. Perasaan dulu kenangan kita akan bulan Ramadhan itu seru banget ya. Sekarang anak-anak selama puasa banyak di rumah hahaha. Jarang2 ada aktivitas di masjid

    ReplyDelete
  12. Masya Allah senangnya Ramadan zaman dulu ya Teh aku ingat Ramadan di Makassar waktu SD rajin tarawih terus main kembang api dan petasan hihi

    ReplyDelete
  13. Ya Allah, nostalgia berpuasa saat masih kecil itu seru banget yaa..
    Dan beneran kaya gak ada capek-capeknya. Kalau haus dan lapar, tentu saja hal yang wajar yaah.. Namanya juga berpuasa. Hihii..
    Pokoknya happy setiap hari.

    ReplyDelete
  14. Wah iya, seru sekali cerita puasa hari pertamanya di waktu kecil mbak
    Terbukti jadi pengalaman yang menyenangkan dan tak terlupakan ya

    ReplyDelete
  15. Hihi memang ya masa kecil saat jalanin Ramadan tuh seru bangeeet. Aku inget sih detik2 mau bedug magrib, aku diminta untuk duduk diam dan perhatikan kultum dan catat point pentingnya

    ReplyDelete
  16. asiknyaaa mbak, pengalaman yang indah saat puasa di masa kecil. Ku ingatnya nulis ceramah dan kumpulin tanda tangan, hahaha. Sekarang ada ga sih kayak gitu?

    ReplyDelete
  17. Ya ampunnn paling inget betul vibes puasaan pas kecil dulu itu bikin catatan saat terawih dari buku yang dibagikan sama sekolah. Minta tanda tangan imam sholat, tadarus alqurann
    Baca artikel ini auto flashback pas awal2 puasaan dulu mbak hehehee

    ReplyDelete
  18. HAhaha ya ampun, baca ini kok auto nostalgia. Iya ya, dulu tuh kalo bulan puasa disuruh minta tanda tagan ustadz sama ngerangkum kuliah subuh haha. Bener-bener berkesan ya mbak

    ReplyDelete
  19. Pengalaman kita sama mba yang menaruh sajadah duluan agar dapat tempat strategis hehehee... Tapi ga ada yang kayak bu Ipoh di dekat rumahku, jadi kami berlomba menaruh sajadah di masjid. Menyenangkan yaaa pengalaman puasa masa kecil dulu.

    ReplyDelete
  20. Jujur nih, puasa jaman dlu saat masih kecil terasa lebih seru, soalnya kerasa banget moment nya, klu skrg mngkin krn perubahan gaya hidup aja

    ReplyDelete
  21. Ramadan waktu aku kecil juga seseru itu karena di kompleks rame anak-anak seumuran. Tapi beranjak SMP mereka satu persatu pindah dan kompleks jadi sepi hiks. Akhirnya sejak SMP dan seterusnya ya berusaha untuk memeriahkan sendiri Ramadannya

    ReplyDelete
  22. Sepertinya, masa kecil kita berada di waktu yang sama. hehehe.
    Dan memang, seru ajah gitu jaman dulu tuh. banyak banget aktifitas seru di luar rumah untuk menunggu buka puasa.

    ReplyDelete
  23. Seruu banget yaaa kenangan puasa di masa kecil, tiap saat tanya, udh jam berapa, trus sensasi kaki tangan bisa dingin karena laper, hahahaha

    ReplyDelete
  24. Banyak mainnya ya mbak waktu kecil. Wkwkwk. Sama dong. Seru ya kalau ingat puasa saat kita kecil. Nostalgia banget

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar