Pendidikan Untuk Anak Disabilitas dan Kusta

Pendidikan Untuk Anak Disabilitas dan Kusta

10 comments

Pendidikan Anak Disabilitas dan Kusta. Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit kusta. Data WHO tahun 2020 menunjukkan Indonesia masih menjadi penyumbang terbesar kusta terbesar dunia dengan jumlah berkisar 8% dari kasus dunia. 

Pendidikan anak disabilitas dan kusta
Dan hingga sampai saat ini diketahui masih banyak kantong-kantong kusta di berbagai wilayah Indonesia sebanyak 9061 kasus baru kusta di temukan di Indonesia, termasuk kasus baru pada anak.

Pada 11 Januari 2021 lalu, kasus baru kusta pada anak mencapai 9,14%. Angka ini belum mencapai target pemerintah yaitu di bawah 5 Persen. Dan sama halnya dengan penyandang disabilitas dewasa baik yang disebabkan oleh kusta atau ragam disabilitas lainnya, demikian pula dengan anak dengan disabilitas dan kusta masih tetap terjebak dalam lingkaran diskriminasi.

Terlebih pada anak hambatan terbesarnya yaitu banyaknya anak penyandang disabilitas yang mengalami kekerasan, dan perlakuan yang salah baik dalam hal pendidikan hingga lingkungan sosialnya. 

Dengan keterbatasan yang dimiliki anak dengan disabilitas dan kusta, perlu adanya komitmen seluruh pihak untuk memastikan anak mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang baik. Memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan optimal, mempunyai masa depan yang baik, tidak lagi dibedakan dengan anak non disabilitas lainnya. Dan tentunya mendapatkan hak pendidikan yang inklusif.

Lalu bagaimana upaya pemenuhan hak dan pendidikan yang inklusif pada anak dengan disabilitas dan kusta dapat segera terwujud? Kemudian apa saja upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam pemenuhan hak pendidikan untuk anak disabilitas dan kusta sejauh ini?

Inilah yang menjadi pemantik Talkshow Ruang Publik KBR yang diadakan oleh NLR Indonesia yaitu organisasi non-pemerintah untuk pemberantas kusta, pada hari Jum'at, 21 Oktober 2022, dengan tema: Pendidikan untuk Anak Disabilitas dan Kusta dengan host Bapak Rizal Wijaya.

Hadir sebagai narasumber Bapak Frans guru di SD Negeri Rangga Watu yang merupakan sekolah inklusif di Manggarai Barat. Ignas Carly, siswa kelas 5 SD Negeri Rangga Watu yang merupakan salah satu siswa berkebutuhan khusus. Bapak Anselmus Gabies Kartono, Ketua Yayasan Kira (SANKITA) yang juga penyandang tuna netra. 

Apa itu Yayasan Kita (SANKITA)

SANKITA berdiri tahun 2007 namun menjadi yayasan pada tahun 2017. Yayasan Kita atau pak Anselmus menyingkatnya dengan SANKITA merupakan salah satu organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang sosial disabilitas. Yayasan Kita selama ini bergerak menggunakan metode community based research (CBR).

CBR atau disebut juga penelitian berbasis masyarakat yaitu sebuah model penelitian yang memprioritaskan pada kebutuhan masyarakat dan memadukan elemen komunitas di dalamnya untuk terlibat secara aktif dalam penelitian untuk menjawab tantangan yang terjadi di lingkungan komunitas itu sendiri.

Peran Yayasan Kita dalam Pendidikan Inklusif di Manggarai Barat

Pak Anselmus dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Yayasan Kita tertarik mempromosikan pedidikan inklusif karena masih banyak anak disabilitas di sekitarnya yang putus sekolah, bahkan ada yang usia sekolah tidak disekolahkan. 

Pendidikan untuk anak disabilitas dan kusta
Pak Anselmus Ketua Yayasan Kita
Banyak faktor yang menjadi alasan orang tua dengan anak disabilitas tidak menyekolahkan anaknya ke sekolah inklusif (SLB). Pertama karena jarak SLB  yang jauh dari tempat tinggal mereka yang terpencil sehingga orang tua mengalami kesulitan untuk akses ke SLB yang disediakan oleh pemerintah.  Kedua, SLB hanya ada satu yaitu di kota.

Inilah yang menjadi latar belakang Yayasan Kita bekerja sama dengan  SD Negeri Rangga Watu Manggarai Barat membuka sekolah inklusif untuk anak disabilitas.

Pada awalnya SD Negeri Watu adalah sekolah negeri biasa. Guru-guru pun tidak memiliki bekal dalam menangani anak disabilitas dan kusta. Untuk mengurai permasalahan tersebut, Yayasan Kita memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru agar guru mendapatkan pengetahuan mengenai:

  1. Mengenal apa itu anak disabilitas
  2. Mengentahui jenis-jenis disabilitas pada anak
  3. Mengetahui masalah-masalah anak disabilitas
  4. Mengetahu kebutuhan anak disabilitas 

Pelatihan ini sebagai bekal bagi guru melakukan assesment kepada anak disabilitas dan membuat rencana strategi belajar bagi anak disabilitas. Misalnya: pelakukan pada anak penyandang tuna netra maka strategi belajar yang dilakukan oleh guru bisa dengan cara berdialog, memindahkan anak ke bangku depan agar dia bisa melihat dengan jelas, membuat hurup-hurup lebih besar sesuai dengan kebutuhan anak.

Peran SD Negeri Rangga Watu Menyukseskan Pendidikan Inklusif di Manggarai Barat

Pak Frans menyampaikan bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini termaktub dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi:"Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran." Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban negara menyediakan fasilitas pendidikan inklusif bagi anak disabilitas agar anak disabilitas mendapatkan pendidikan yang layak untuk masa depan yang lebih cerah.

Pemerintah memang sudah menyediakan beberapa lembaga dengan fasilitas pendidikan untuk anak disabilitas terutama di kota-kota besar dan beberapa tempat terpencil. Namun jumlahnya belum banyak. 

Di Manggarai Barat sekolah untuk anak disabilitas masih kurang. Akses ke SLB pun tidak terjangkau. Padahal fakta yang ditemui oleh Pak Frans di lapangan, anak-anak dengan disabilitas banyak ditemukan di kampung-kampung.

Oleh karena itulah, SD Negeri Watu Rangga Manggarai Barat bekerja sama dengan Yayasan Kita membukan sekolah inklusif.

SD Negeri Watu Rangga dengan dorongan dari Yayasan Kita membuat surat permohonan untuk menerbitkan SK perubahan SD Negeri Rangga Watu menjadi Sekolah Inlusif dari pemerintah.

Pada tahun 2017 SK pendirian sekolah inklusif SD Negeri Rangga Watu pun akhirnya terbit juga.

Kendala yang dialami Sekolah Inklusif

Penolakan dari orang tua karena sekolah berubah menjadi sekolah inklusif tentu saja ada. Namun sekolah dan Yayasan Kita dapat menyelesaikannya dengan cara:

  1. Melibatkan guru khusus dan terlatih untuk menangani anak disabilitas
  2. Melibatkan orang tua dengan kegiatan parenting
  3. Melibatkan tenaga ahli (psikolog)

Tantangan anak disabilitas agar anak tidak mendapatkan pelecehan, pembulian atau diskriminasi pendidikan, maka anak yang masuk kategori anak disabilitas dirahasiakan. Data tersebut hanya diketahui oleh guru khusus dan orang tua anak sehingga anak disabilitas mendapatkan perlakuan yang sama dari teman sebayanya. Sementara itu untuk penanganan kekurangannya dilakukan oleh guru khusus.

Dukungan Terhadap Orang Tua dengan Anak Disabilitas 

Yayasan Kita selain melakukan pelatihan kepada guru atau masyarakat terkait pendidikan anak disabilitas, SANKITA pun melakukan pelatihan pemberdayaan dan kesehatan baik individu maupun kelompok untuk memotivasi orang tua dengan anak disabilitas untuk menyekolahkan anak di SD negeri dengan pendidikan inklusif. 

Yayasan Kita juga memperlihatkan bahawa di sekolah itu ada guru yang normal dan disabilitas. Sehingga orang tua termotivasi bahawa anak disabilitas pun punya masa depan yang cerah sebagaimana orang-orang dewasa dengan disabilitas tetap bisa berkarya dan bermanfaat untuk masyarakat.

Seperti halnya bapak Anselmus yang merupakan seorang penyandang tuna netra, beliau mampu menghandle sebuah yayasan nirlaba yang bergerak dibidang sosial untuk anak disabilitas. Informai verbal maupun kehadiran menjadi penting dalam memotivasi orang tua dengan anak disabilitas.

Stigma masyarakat dan diskriminasi pada anak disabilitas dan kusta memang masih kerap terjadi. Cara melakukan awarness pada masyarakat menurut pak Anselmus adalah dengan cara melakukan kegiatan bersama antara orang disabilitas dengan orang non disabilitas. Sehingga muncul awarness dari masyarakat, bahawa orang dengan disabilitas atau anak disabilitas pun mampu melakukan berbagai aktivitas bersama dengan orang atau anak non disabilitas.

Closing Statemen dari Pak Anselmus

Semua anak memiliki hak mendapatkan pendidikan. Penyandang disabilitas dan kusta punya hak yang sama dalam berbagai aktivitas dan pendidikan di Indonesia. Daftarkan anak ke sekolah reguler agar anak mendapatkan pengalmaan belajar yang sama dengan anak non disabilitas. Apalagi jika akses pendidikan SLB tidak ada atau akses layanan tidak terjangkau, maka daftarkan anak ke sekolah reguler. 

Apalagi ada UU No. 8 tahun 2018 dan PP No.13 tahun 2020 tentang akomodasi yang layak untuk peserta didik penyandang disabilitas, maka hak ini harus diambil oleh seluruh anak disabilitas untuk masa depan yang lebih cerah.

Alhamdulillah senang sekali bisa bergabung dalam talkshow ini, sehingga pengetahuan saya tentang pendidikan untuk anak disabilitas dan kusta bertambah.Yuk, mam, kita aware kepada lingkungan kita, apakah di dekat rumah kita ada anak disabilitas yang tidak sekolah? Mari kita ajak orang tuanya untuk menyekolahkan anak ke sekolah terdekat karena itu adalah hak anak yang harus dipenuhi. 

Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

10 comments

  1. semoga angka pengidap kusta pada anak terus menurun ya, dan anak2 kembali bisa menikmati masa kanak2nya, bisa mendapat pendidikan yg layak, dan bisa menggapai cita2nya nanti, amiin

    ReplyDelete
  2. Sendu sekali membayangkan akibat kusta anak-anak harus belajar mengalami masa "dibedakan". Namun semoga dengan kehadiran sekolah insklusi begini bisa menjadikan masa depan mereka lebih cerah sebab bisa menimba pengetahuan yang setara. Semoga angka pengidap kusta pada anak terus menurun.

    ReplyDelete
  3. Semogaa anak2 dengan kusta kelak diberi kesempatan untuk bisa punya pendidikan tinggi seperti yang lain, ngga dibeda2in lagi ya mba

    ReplyDelete
  4. Kok banyak juga penyitas Kusta di negara kita ini, ya. Sedih rasanya. Alhamdulillah SANKITA turut peduli dan tergerak untuk membersamai kaum inklusif.

    ReplyDelete
  5. Salut banget sama orang-orang yang peduli dengan pendidikan disabilitas. Dengan adanya program ini semoga meningkatkan kualitas hidup kawan-kawan disabilitas

    ReplyDelete
  6. Semoga anak2 disabilitas tidak patah semangat utk mengejar mimpi mereka.. di dekat rumahku ada sekolah khusus disabilitas..

    ReplyDelete
  7. Bersyukur sekarang masyarakat lebih teredukasi sehingga berpikiran terbuka dalam memperlakukan anak penyandang disabilitas. Saya berharap anak-anak mpenyandang disabilitas lebih semangat lagi dalma menuntut ilmu

    ReplyDelete
  8. Masa depan yang cerah itu impian semua orang ya mba. Harapannya semoga anak-anak berani bermimpi dan menggapai cita-citanya. Aku yakin, disabilitas bukanlah hambatan jika pemerintah dan masyarakat juga memberikan kesempatan dan ruang yang sama untuk berkembang sebagaimana anak normal lainnya

    ReplyDelete
  9. Pendidikan untuk anak sangat penting. Meskipun mereka menderita kusta atau disabilitas lainnnya tetap berhak mendapatkan sekolah yang bagus

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar