Achmad Irfandi dan Kampung Lali Gadget

Achmad Irfandi dan Kampung Lali Gadget

1 comment
Kampung Lali Gadget, demikian namanya. Terdengar unik dan menarik. Kampung ini diinisiasi oleh seorang pemuda asli Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur.
Kampung Lali Gadget

Kampung ini hadir sebelum masa pandemi muncul yang memaksa semua orang, mulai anak TK sampai orang dewasa bekerja di rumah menggunakan gadget, maka Achmad Irfandi dengan gerakan sosialnya ini membangun Kampung Lali Gadget agar anak-anak tidak terkena dampak negatif dari semakin masifnya penggunaan gadget pada saat itu.

Siapakah Achmad Irfandi? Supaya tidak penasaran, yuk kita berkenalan dengan sosok inpiratif ini.

Achmad Irfandi dan Kampung Lali Gadget

Achmad Irfandi dan Kampung Lali Gadget. Achmad Irfandi adalah seorang anak muda yang lahir dan besar di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Irfandi, begitu dia dipanggil, lahir pada 12 Mei 1993 adalah alumni Universitas Negeri Surabaya.
Achmad Irfandi dan Kampung Lali Gadget

Berangkat dari keresahannya karena mendapati semakin banyak anak-anak yang kecanduan menggunakan gawai. Dampak dari gadget ini benar-benar sangat dahsyat sekali menurutnya. Selain mempengaruhi sikap dan karakter anak, juga mempengaruhi pengalaman belajar anak-anak tersebut terutama pada kearifan lokal di desanya, seperti mereka jadi tidak tahu permainan-permainan lokal/tradisional yang sering dimainkan anak-anak di desanya.

Selain itu juga ia menemukan bahwa terjadi penurunan konsentrasi anak-anak dalam belajar karena sering terdistraksi oleh permainan yang ada di gawai serta sepinya Desa Pagerngumbuk dari canda dan tawa anak-anak. Padahal anak-anak di desa itu terbilang banyak.

Oleh karena itu, untuk menjawab keresahannya itu ia pun menginisiasi dibangunnya sebuah gerakan Kampung Lali Gadget (KLG) pada tahun 2018. Kampung Lali Gadget ini dia bangun bersama-sama dengan pemuda Desa Pagerngumbuk, Sidoarjo.

Alhamdulillah, konsep Kampung Lali Gadget ini diterima oleh seluruh masyarakat baik di desanya maupun di luar desanya. Konsep Kampung Lali Gadget ini juga menjawab berbagai keresahan orang tua terhadap penggunaan gawai pada anak-anak sehingga dengan mereka bermain di Kampung Lali Gadget anak-anak menjadi lupa pada gadget atau gawai mereka.

Berkat Kampung Lali Gadget, Achmad Irfandi pun meraih pengharga Satu Indonesia Awards dari Astra pada tahun 2021. Wah, selamat, yaa!

Kampung Lali Gadget dan Kembalinya Canda Tawa Anak-anak

Hadirnya Kampung Lali Gadget membuat warna baru bagi Desa Pagerngumbuk, di mana suara canda tawa anak-anak pun terdengar lagi menghangatkan jiwa para orang tua. Orang tua yang tadinya khawatir menjadi lebih tenang dengan adanya Kampung Lali Gadget ini.

Nah, mungkin Moms pada penasaran ya. Itu anak-anak di apain aja di Kampung Lali Gadget ini?

Ternyata anak-anak ini dimanjakan dengan berbagai permainan tradisional yang disediakan oleh tim Kampung Lali Gadget, lho. Wah, apa saja? Pasti seru, nih, ngebahas permainan tradisional untuk anak-anak yang ada di Kampung Lali Gadget. Hm .. apa saja, sih?

Di antara permainan tradisional yang sering dimainkan di Kampung Lali gadget adalah balap bakiak, balap godhong (daun), mandi lumpur, Sepatu Kuda, Damparan, Balap Kreweng, dan Uncal Sarung.

Balap Bakiak

Balap bakiak ini biasanya dilakukan oleh dua sampai tiga orang pemain dalam satu kali permainan balap bakiak ini.

Bakiak adalah sebuah nama jenis sepatu atau sandal yang dipakai oleh orang China pada zaman dahulu. Hasil asimilasi budaya inilah yang membuat warga masyarakat Indonesia pun terpengaruh dengan penggunaan bakiak ini. 

Cara bermain balap bakiak ini tergolong seru karena dilakukan berkelompok dan harus kompak. Jika langkah kakinya salah, maka akan membuat seluruh anggota tim akan jatuh.

Wah, seru, yaa. Sudah lama saya tidak bermain balap bakiak. Dulu ketika saya kecil, setiap bulan Agustus, untuk memperingati Hari Kemerdekaan, ada balap bakiak yang diselenggarakan di lapangan dekat rumah.

Wah, kangennya, aku dengan balap bakiak!

Balap Godhong (daun)

Balap Godhong atau balap daun adalah permainan tradisional di mana anak berlomba lari sambil melompati daun pisang. Mereka melompat dari start ke tempat yang menjadi titik poinnya yaitu daun pisang. Bisa dilihat digambar yaa. Seru banget, kan! 

Achmad Irfandi

Anak-anak bermain balap godhong ini juga berkelompok. Siapa yang sampai garis finish paling awal, dia menjadi pemenangnya.

Mandi Lumpur

Tawa ceria anak-anak terdengar membahana di tengah sawah yang terik. Meski demikian tidak mengurangi keasyikan mereka dalam bermain lumpur di tengah sawah yang telah selesai panen.

Keasyikan ini tidak ada di kampung lain, kecuali di Kampung Lali Gadget. Anak-anak dimanjakan dengan berbagai permainan tradisional mandi lumpur yang digagas oleh Achmad Irfandi.

Setelah hadirnya Kampung Lali Gadget, anak-anak pun sesuai tujuan dari dibangunnnya Kampung Lali Gadget ini menjadi lupa pada gadget. Mereka bisa bermain sambil belajar di tengah alam didampingi oleh Achmad Irfandi dan Tim Kampung Lali Gadget.

Simpulan

Kampung Lali Gadget ini mengubah kampung yang tadinya sepi dari tawa canda anak-anak menjadi kampung yang ceria dan bahagia serta produktif. Anak-anak pun akhirnya bisa kembali menikmati masa kecilnya dengan berbagai permainan tradisional yang disediakan di Kampung Lali gadget.

Di Kampung ini pun tidak hanya sekadar permainan tradisional saja, namun untuk memingkatkan berbagai layanan pada anak, Achmad Irfandi berinisiatif menciptakan atau memproduksi berbagai permainan tradisional tak hanya bisa dipergunakan oleh anak-anak yang datang ke Kampung Lali Gadget, namun juga bisa dibawa pulang dengan mengganti biaya pembuatannya.

Selamat untuk Kak Achmad Irfandi. Patutlah jika kak Irfandi ini mendapat penghargaan dari Astra pada tahun 2021 sebagai pemenang Satu Indonesia Awards 2021 karena Kampung Lali Gadget menginspirasi seluruh orang tua di Indonesia, bahwa kecemasan pada kecanduan pada gadget atau gawai bisa dicegah dengan memberikan berbagai permainan yang dapat dimainkan oleh anak sehingga mereka lupa pada gawai.

Referensi:
1. https://issuu.com/majalahunesa/docs/majalah_unesa_171/s/17517810
2.https://www.jawapos.com/surabaya-raya/01361594/keseruan-elingpiade-di-kampung-lali-gadget-sidoarjo
3. https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/penggerak-konservasi-budaya-kampung-lali-gadget/
Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

1 comment

  1. Senangnya kalau anak-anak bisa bermain sampai bisa melupakan gadget ya. Kebanyakan kan sekarang di mana-mana anak-anak juga bermain bersama tapi mabar game online.

    Jaman dulu pun, terkadang orang tua kami memberi contoh bermain permainan di atas. Mungkin kalau orang tua tidak turun tangan, anak-anak juga tidak mudeng sama permainan-permainan tersebut.

    Seru tapi ya, jadi pengen main lagi #eh

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar