Childfree Double Income Not Kids Fenomena Pasangan Milenial

Childfree Double Income Not Kids Fenomena Pasangan Milenial

29 comments
Childfree double income not kids fenomena pasangan milenial. Jauh sebelum heboh istilah childfree yang akhir-akhir ini isunya mencuat ada istilah lain yang mirip yaitu double income not kids di Jepang. Saya pernah mendapat cerita dari Rika Sensei, sensei saya waktu saya belajar bahasa di Jepang, menurut Rika Sensei, di Jepang (waktu itu tahun 2006) banyak pasangan yang tidak.mau punya anak. Istilah mereka DINK atau  singkatan dari double income not kids. Jadi mereka tidak mau memiliki anak meskipun hidup berpasangan (mungkin juga ga menikah, sekadar couple aja) karena tidak mau menanggung risiko. Dinks ini mirip dengan orang-orang yang menyuarakan childfree. Alasannya juga  hampir mirip.
Childfree double income not kids
Risikonya apa saja? Banyak! Tentu yang sudah menikah tahu ya konsekuensi menikah. Jika sudah menikah, tentu ada cost atau pembiayaan yang harus dikeluarkan. Bagi seorang suami, tentu saja harus menanggung kehidupan istri karena itulah bentuk dari pertanggungjawaban seorang laki-laki yang meminta anak gadis orang untuk mendampinginya seumur hidup. Membeli rumah untuk keluarga, membelikan pakaian, makanan dan berbagai pernak-pernik dalam membangun keluarga.

Belum lagi jika lahir anak-anak. Tentu pembiayaan akan semakin membengkak. Biaya memeriksa kehamilan, biaya melahirkan, biaya pendidikan, biaya kesehatan anak dan lain-lain. Setelah dihitung banyak banget yang harus dikeluarkan.  Seorang selebgram malah menyebut biaya pendidikan per anak 10 tahun lagi sekitar 3 M. Jadi, kapan seneng-senengnya? Kerja teruss bagai kudaaaa ...

Memang sih, kalau kita pakai hitung-hitungan manusia, rasanya hidup di dunia itu gak pernah cukup. Selalu saja merasa kekurangan dan merasa gak bisa memenuhi semua kebutuhan.  Jika ini yang terjadi, maka kita perlu waspada, mungkin inilah ujian Allah yang sesungguhnya kepada kita karena kita tidak mengetahui. 
Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Al Quran Saba: 36).

Dinks Double Income Not Kids

Kondisi Dink ini sungguh memprihatinkan. Karena bagi Jepang, anak adalah aset masa depan bangsa. Oleh karena itu, anak-anak di sana benar-benar diperhatikan. Sependek pengalaman saya selama hidup di Jepang selama 5 tahun (mohon dikoreksi, yaa). Di Jepang banyak subsidi untuk keluarga. Saya juga pernah ikut menikmatinya. Dari mulai subsidi bagi pemeriksaan ibu hamil, di beberapa perfekture, periksa kehamilan gratis, begitu juga biaya melahirkan. Anak yang lahir akan mendapatkan uang selametan. Setiap anak mendapatkan uang susu atau bantuan susu jika susunya cocok yang dikirimkan oleh pemerintah. Saya juga pernah mendapatkan kembali uang gaji yang dipotong pajak. Jadi bagi warga yang bekerja tapi jumlah gajinya masih di bawah pekerja wajib pajak (zero yen), maka uang gaji yang dipotongin itu, dikembalikan di akhir tahun. Cara mengambilnya pun mudah dan tidak ribeut. Yang ribeut adalah bahasanya hehe karena saya gak ngerti hurup kanji. Tapi alhamdulillah banyak teman rasa saudara yang membantu saya di sana.

Waktu melahirkan anak kedua tahun 2004 dan ketiga tahun 2006, saya mendapatkan hadiah "selametan" kelahiran anak saya sebanyak 300.000 yen. Kalau dikonversi ke nilai mata uang kita, pada tahun 2004 dan 2006 itu sekitar Rp70 rupiah. Nah, kalikan saja, yaa. Berapa itu uang selametan buat anak yang lahir. Lumayan banget, kan. Bisa jadi tabungan anak hehe gak ding, kalau saya impas, karena biaya periksa kehamilan dan melahirkan pake duit sendiri alias gak gratis. Jadi uang selametan itu impas. Bisa dibilang, jadinya biaya periksa kehamilan dan biaya melahirkan anak-anak saya free, karena ada hadiah dari pemerintah.
Mendapat uang selametan 300.000 yen
Melahirkan anak ke-3 di Chikazawa Clinic Utsunomiya
Nah sebenarnya, apa sih childfree itu?

Childfree

Childfree adalah orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri atau anak adopsi.

Beberapa alasan pengusung childfree yang dikumpulkan dari berbagai sumber adalah karena pengalaman masa kecil yang kurang bahagia, pengalaman kekerasan dalam rumah tangga, ingin dekat dengan pasangan, ingin bebas, dan takut tidak bisa merawat anak.

Di Indonesia sendiri, isu childfree diusung oleh beberapa selebgram, saya tidak akan menyebut namanya. Bisa dicari lewat mbah Google yaa. Namun, meskipun kelihatannya hanya beberapa orang, isu yang mereka lemparkan ini terlanjur meresahkan. Saya tidak melihat mereka kekurangan dalam hal finansial. Cenderung sukses malah. Jadi, apa sebenarnya masalah mereka hingga tidak ingin memiliki anak? Ingin bebas. Sementara itulah kesimpulan yang saya dapatkan. 

Chidfree berbeda dengan Childless. 

Chidless adalah keluarga yang sudah bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak. Mereka juga dengan sadar berusaha untuk memiliki anak dengan berbagai program hamil misalnya. Keluarga yang menunda memiliki anak tidak bisa dikatakan sebagai chidfree karena mereka hanya menunda waktu memiliki anak. Bukan niat tidak memiliki anak. Hal ini karena banyak faktor. 
 
Childfree ini ideologi yang sengaja dianut oleh seseorang atau keluarga dengan tujuan tidak memiliki anak. Artinya, pasangan yang sehat wal afiat dan tidak ada kekurangan dalam masalah reproduksi ini dengan sengaja dan sadar TIDAK menginginkan anak di dalam kehidupannya berkeluarga. Apa yang terjadi jika mereka hamil? Maka yang dikhawatirkan adalah akan terjadi pelegalan praktik aborsi.

Pandangan childfree ini marak di barat, tempat lahirnya ideologi childfree ini. Di mana banyak pasangan sah maupun tidak sah yang tidak menginginkan anak dalam kehidupan berkeluarga. Padahal di negara barat, pemerintahnya mendorong warganya memiliki anak dengan pemberian fasilitas yang sedemikian rupa agar keluarga sejahtera seperti cerita saya di atas waktu tinggal di Jepang. Untuk ibu bekerja pun diberikan cuti kerja yang lumayan panjang, yaitu 3 bulan.

Jadi orang yang menganut childfree ini dikasih berbagai fasilitas dari pemerintahnya juga tidak mau, karena menurutnya my body is right. Inilah salah satu dari bukti kekerasan feminisme kepada wanita, yaitu penafian fitrah wanita, kemudian diwujudkan dalam chidfree. Chidfree ini lahir dari sikap indivisualisme, ingin sendiri dan tidak ingin berbagi.

Anak dalam Perspektif Islam

Anak dalam perspektif agama Islam adalah amanah yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada manusia. Sebagai amanah anak harus dijaga dan dilindungi segala kepentingannya, baik fisik, psikis, intelektual, dan haknya sebagai anak. Melindungi anak bukan kewajiban orang tua biologisnya saja namun tentu saja ini menjadi kewajiban kita semua. 

Islam adalah agama kasih sayang (rahmatan lil alamin). Sejak anak dalam kandungan, hingga anak dewasa, Islam memberikan perhatian khusus dan serius terhadap pemenuhan hak dan kewajiban anak. Kewajiban orang tua kepada anaknya, seperti menyusui, mengasuh, memberi makanan yang halal dan bergizi, memberi nama yang baik, mengakikahkan, mengkhitan, mendidik, merupakan wujud dari kasih sayang orang tua kepada anak yang dicontoh dari Rasulullah SAW.

Di dalam Islam, menikah tak sekadar halalnya hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah rumah. Namun lebih dari itu, di dalam Islam telah diatur tujuan menikah adalah diniatkan untuk beribadah kepada Allah, mendapatkan keturunan, menjadi pasangan yang bertakwa pada Allah SWT, membangun generasi beriman dan mendapatkan pertolongan dari anak di dalam kubur.

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa dalam sebuah hadis riwayat Ahmad dan Abu Hatim dari Anas bin Malik Rasulullah menganjurkan untuk memperbanyak keturunan. 
"Rasulullah memerintahkan umatnya untuk menikah dan melarang keras membujang. Nikahilah wanita yang penyayang dan subur karena sesesunguhnya Aku (Muhammad) akan bangga dengan kalian di depan para nabi pada Hari Kiamat." HR. Ahmad.

 Manfaat Memiliki Anak Banyak dalam Perspektif Islam

Manfaat memiliki anak banyak di dalam pandangan Islam ini dijelaskan oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulum Ad-Diin. Beliau menulis ketika manusia berusaha untuk mendapatkan keturunan sudah dinilai sebagai suatu bentuk ibadah dilihat dari empat sisi:
  1. Menjalankan perintah Allah agar manusia tetap memiliki keturunan.
  2. Berharap dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau akan bangga dengan banyaknya keturunannya pada hari kiamat.
  3. Mengharap berkah dari doa baik dari anak shalih setelah itu.
  4. Mengharapkan syafa’at dari anak yang meninggal dunia ketika kecil sebelum orang tuanya.
MasyaAllah. Jadi sebenarnya sih, intinya ketika kita meniatkan diri menikah, maka niatkan karena beribadah kepada ALlah. Bukan sebab lainnya. Maka melakukan peran sebagai anggota keluarga baru, sebagai istri sebagai suami, sebagai ayah, sebagai ibu, akan mudah karena semua dinisbahkan kepada Allah. Agar Allah ridlo terhadap apa yang kita lakukan di dunia. Semua yang kita lakukan adalah semata-mata karena mencari ridlo Allah SWT.

Untuk menepis isu chidfree atau dink yang telah merebak dikalangan anak-anak kita, kaum milenial, maka salah satu yang harus kita lakukan sebagai orang tua adalah membentengi anak-anak kita dengan benteng keimanan kepada Allah SWT. Pemuda-pemudi Islam tentu harus kuat aqidahnya. Menikah itu tak sekadar menghalalkan hubungan laki laki dan perempuan, tetapi ada visi kita sebagai manusia, yaitu beribadah kepada Allah dan misi lainnya yaitu melahirkan keturunan yang sholih sholihah. Menikah untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dan kelahiran generasi kita berikutnya insyaAllah akan membuat Rasulullah bahagia dan bangga dihadapan para Nabi di hari kiamat.

Itulah sekelumit childfree atau DINK dan solusinya dalam perspektif Islam.

Seperti kata mereka, hidup adalah pilihan. Maka pilihlah jalan kebaikan semata-mata karena Allah SWT, bukan sebab lainnya.
Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

29 comments

  1. Mungkin orang seperti mereka sedang ditutup mata hatinya untuk merasakan kenikmatan memiliki anak dari pasangan halal
    Memang sih akan panjang perdebatan karena sekarang pola pikir manusia sungguh membuat saya speechless

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar banget mba, jika hal ini diperdebatkan, gak akan habis-habisnya. lebih baik kita bentengi anak anak kita dengan aqidah yang kuat dan ibadah yang benar kepada ALlah.

      Delete
  2. hai mba sri ...
    senang membaca artikel inspiratif ini

    salam hangat

    ReplyDelete
  3. Untuk perihal childfree saya termasuk dalam kalangan netral sih mam. Karena setiap keputusan serius yang dibuat itu berarti sudah melalui proses berpikir dan sudah siap dengan konsekuensi yang harus diterima di masa depan.

    ReplyDelete
  4. Saya sendiri beranggapan kalau anak-anak itu investasi untuk di akhirat kelak. Jadi saya penganut yang ingin punya anak. Dan rasanya sepi sekali kalau rumah gak ada anak-anak.
    Meskipun begitu, pendapat masing-masing orang memang berbeda, ya. Setiap orang punya pilihannya sendiri.

    ReplyDelete
  5. Keputusan pribadi tak semestinya dibagi2, krn tdk sepenuhnya pendapat semacam itu tepat. Kadang ambisi dan kebutuhan untuk viral justru membawa ke jalan kesesatan. Harus lebih waspada dalam mengawal anak muda.

    ReplyDelete
  6. Soal childfree ini ya, sebenernya kalau prinsip itu dipake buat diri sendiri sih terserah aja... tapi jangan seolah 'mengkampanyekan'. Sedih sih kalo pola pikir macam itu menyebar luas di Indonesia.

    ReplyDelete
  7. Sedihnya justru tujuan memiliki anak seperti mendapatkan doa saat sudah meninggal jadi diputar balikan seolah2 ortu egois mengharap doa dari anak. Mau sampai berbuka juga ga bakal nyambung, kalo pandangannya udah beda. Padahal memang doa anak adalah salah satu harapan orang tua manapun. Dan itu sama sekali enggak salah. Tentunya kalau mau anak kita doain, ya kitanya bisa mendidik mereka dulu dg benar sesuai tuntunan Allah

    ReplyDelete
  8. Suka sedih membaca alasan yang membenarkan childfree ini. Padahal kalo mau berpikir, untuk apa gitukan menikah kalo bukan untuk meneruskan keturunan? Beda kondisinya kalo kemudian kenyataan berkata lain, sudah usaha macem² tapi gak juga dikaruniai anak. Ya gitu makanya saya sedih, masih ada orang2 yg sulit dapet keturunan kenapa jadi ada yang malah memperjuangkan ide child free ini?

    ReplyDelete
  9. Nah, ini yang saya baca sebelum menyeruak issu childfree, Mba Tutie. Tentang Dinks. Di Jepang sekarang kewalahan akan generasi muda karena banyaknya yang memutuskan Dinks. Mereka yang tak punya agama, mungkin mau merasakan hidup bebas tanpa aturan budaya dan agama. Apakah di Indonesia juga demikian? Makanya sedih saya soal childfree. Indonesia ini negara beragama. Kok ya jadi seolah tak percaya Tuhan itu ada.

    Kalau yang saya perhatikan, rata2 yang setuju dengan childfree, mereka yang mempunyai trauma masa lalu atau kesehatan jiwa mereka terganggu. Orang yang bahagia, dan mempunyai jiwa yang bahagia, kebanyakan tidak setuju dengan childfree. Wallahu'alam

    ReplyDelete
  10. syuper sekali tulisan mama yang satu ini. Aku sih setuju ya... niat kita nikah itu untuk apa?

    karena banyak kan orang - orang yang seiman juga punya niat menikah yang berbeda, makanya timbul kampanye childfree.

    ReplyDelete
  11. Hallo mbak, salam kenal ya, kayaknya ini kali pertama aku berkunjung ke blog ini.

    Akhir2 ini memang sosmed lagi dihebohkan sama selebgram yg mau childfree itu mbak.

    Tapi kalau di agamaku, katolik, sebelum menikah itu banyak bgt prosesnya, harus kursus dll, nah selama persiapan menikah ini kalau ketahuan ada pasangan calon menikah yang tidak ingin memiliki anak, sudah dipastikan mereka tidak akan bisa menikah, karena salah tujuan pernikahan dalam katolik itu untuk memiliki keturunan. Kalau menunda punya anak karena pekerjaan atau mungkin masih menempuh pendidikan boleh, tapi kalau childfree ga boleh.

    Di Indonesia pun jarang bgt yg menganut paham childfree ya mbak, beda sama budaya barat. Aku dan suami penganut 2 anak lebih baik, ngikutin anjuran pemerintah hihihi, skrg baru 1 sih anak kami.

    ReplyDelete
  12. Aku jadi lebih paham mengenai DINK, ternyata di Jepang cukup marak ya. Untuk Childfree sendiri, mengingatkanku ke masa muda dulu yang sempat takut nikah. Dulu aku bayanginnya, "gimana nanti kalau punya Anak ya? nanti gak bisa gini gitu dong".
    Tapi Qodarullah seiring bertambah usia, dan dipertemukan dengan jodohnya, Alhamdulillah naluri keibuan itu tumbuh. Bisa merasakan nikmatnya hamil, melahirkan, menyusui hingga membesarkan Anak-anak adalah Anugerah yang tak ternilai.

    ReplyDelete
  13. Kayanya negara yang banyak menjalankan Childfree itu kalo d Asia adalah Jepang dan Korea ya. Karena memang biaya hidup disana mahal kan. Dan banyak lagi kondisi sosial lainnya.

    Kalo ngomongin ini rasanya udah banyak yang bahas, tapi aku sendiri memilih mendoakan mereka yang ingin childfree semoga diberikan hidayah. Dan gitu aja...

    ReplyDelete
  14. Sebenarnya kalau mau punya anak banyak, punya anak dikit, gak punya anak, aku sih saling menghargai aja rencana masing2 orang.
    Tapi kalau sampai digembar gemborkan apalagi kalau yg bilang gtu publik figur yg punya basic fans itu kyk sama aja ngajakin org lain gtu gak sih?
    Kalau aku pribadi sih cuma khawatir yg punya paham childfree akan menyesal di masa tuanya aja sih. Di Jepang sana banyak kasus manula yang ditemukan meninggal sendirian di rumahnya...

    ReplyDelete
  15. Iya semuanya tergantung pilihan masing-masing pasangan, yang penting nggak kampanye child free apalagi mereka influencer. Siapa tahu mereka ngga mau punya anak tapi merawat banyak anak yatim aamiin

    ReplyDelete
  16. Sejujurnya aku juga ga setuju si kalo ada pasangan yg milih childfree tapi semua balik lagi pada keyakinan orang masing2 ya

    ReplyDelete
  17. aku termasuk yg percaya tiap anak ada rejekinya masing2. dulu waktu awal nikah, aku malah belum siap langsung punya anak karena pengennya pacaran lebih lama sama suami. tapi lama2 dia ga enak ditodong sama keluarga. trus aku diingetin masalah umur, jadi promil deh hihihi
    btw kusalah fokus sama foto masa muda sebelum ada sakhi... mama yang imut-imut :)

    ReplyDelete
  18. Diluar bahasan Child free atau DINKS salfok sama kebijakan Jepang di sana ya mba mantap mensejahterakan loh sampe mba juga bisa dapat ya aku ngitung mba 300000 yen wkwk..semoga di sini bisa tiru Jepang ya semoga hahaha ..

    ReplyDelete
  19. sebenarnya memilih childfree itu nggak hanya soal finansial ya mbak
    mungkin juga urusan psikologis juga pastinya
    tapi tentu yang namanya childfree itu bertentangan dgn fitrah

    ReplyDelete
  20. Baru tahu lebih detil tentang childfree ini. Saya pribadi justru nggak bisa membayangkan kalau hidup tanpa anak. Meskipun mengalami yang namanya repot atau riweuh mengurus anak sejak bayi dan menanggung biaya hidup dan pendidikannya, tapi hidup lebih berharga ketika memiliki anak yang bisa memberi penghiburan dan tidak pernah merasa sepi..

    ReplyDelete
  21. Beberapa hari emang rame soal childfree ini, kok bisa ya pasangan apalagi udah nikah malah gg mau punya anak? Padahal anak kan investasi akhirat, emang kalau dipikir, punya anak itu pengeluaran banyak tapi InsyaAllah Tuhan juga bakalan ngasih banyak rejeki, tiap anak kan bawa rejeki. Secapek2nya ngurus anak, ya tetap bikin bahagia

    ReplyDelete
  22. Dulu saya termasuk yg ga begitu suka anak2, pengen menunda dulu atau ga pengen punya anak.
    Tapi, suami sebaliknya, pengen banget langsung punya anak. Ndilalah rejeki dikasih anak malah berturut2 jarak deket🤣.
    Waktu baru punya anak sih stressnya ampun, belum paham ngurus anak. Sekarang setelah anak besar2, saya senang dikelilingi anak2 🙂

    ReplyDelete
  23. Aku ya belum bisa paham dengan pencetus childfree ini. Apakah yang bersangkutan memang tidak mempelajari tuntutan agama, sehingga segala ketakutannya tadi tidak bisa disampaikan ke Sang Maha Penjamin Kehidupan, atau gimana ya mba.
    Yes, ikhtiar kita saat ini adalah memberikan landasan pengetahuan agama kepada anak-anak kita agar segala tingkah laku dan jalan hidupnya sesuai dengan ajaran Rasulullah.

    ReplyDelete
  24. Aku baru tau istilah ini, mbak. Ternyata ada gitu, ya, yang betul2 enggak mau punya keturunan. Sedihnya.

    Btw, bener2 terjamin pemerintah sejak dr dalam kandungan, ya. Salut sama Jepang.

    ReplyDelete
  25. Sudah memang mengubah apa yang sudah diyakini seseorang, kalau aku biarlah mereka. Alhamdullilah aku punya anak banyak, dan menerapkan ke anak-anak kalau punya anak itu bahagia dunia akherat, Insaallah. MUngkin mereka yang ogah punya anak punya sakit di masa lalu yang entah apa.

    ReplyDelete
  26. Kemarin ini viral banget ya Mba Tuti, temenku juga bilang bikin positngan itu aku baru tahu malah childfree dari dia trus makin ngerti di sini. Kalo aku sendiri ya punya anak pengen meneruskan keturunan sesuai anjuran Allah

    ReplyDelete
  27. ternyata banyak ya istilah bagi mereka yang tidak mau memiliki anak ya mbak. aku tahunya childfree aja. negara-negara maju memang sangat concern terhadap anak-anak, beda dengan negara berkembang. apa ada hubungannya dengan banyaknya orang tua yang ga mau punya anak juga ya mba?

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar