Tips Mendampingi Gen Z Memiliki Mental Juara

Tips Mendampingi Gen Z Memiliki Mental Juara

26 comments

Tips Mendampingi Gen Z Memiliki Mental Juara. Punya anak banyak, perasaan saya bahagia juga galau. Bahagia karena anak itu quratta a'yun, penyejuk jiwa. Namun juga anak juga amanah. Ya, amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Selama ini saya seringkali berfikir, apakah saya sudah menjadi orang tua yang amanah? Apakah saya sudah melakukan segala tugas dan tanggungjawab saya mengantarkan anak-anak menjadi anak sholih dan sholihat?

Tips mendampingi gen z memiliki mental juara
foto dari iStock
Rasanya belum. Saya merasa masih banyak kekurangan sebagai orang tua. Makin banyak anak, bukannya makin pinter mendidik dan mengasuh anak. Malah rasanya saya makin bodoh. Saya merasa tidak mengetahui apa-apa soal parenting/ilmu mengasuh anak. Oleh karena itu, saya berusaha terus belajar meningkatkan kompetensi saya sebagai orang tua. Mana menjadi orang tua itu kan enggak ada sekolahnya, ya. Sehingga diperlukan kegigihan dalam mencari ilmu parenting ini dari siapa saja, kapan saja dan di mana saja.

Alhamdulillah pada Sabtu 23 Oktober 2021 lalu, saya bisa mengikuti webinar parenting yang diselenggarakan sebagai rangkaian Virtual Open House SMA Pintar Lazuardi. Dalam acara ini juga diluncurkan SOBAD-21 yaitu Sekolah Orang Tua Abad 21, untuk parents yang ingin bergabung dalam program parenting yang terstruktur dan sejalan dengan kebutuhan mendampingi genzy (Generasi Z) agar menjadi generasi BTSS (Bahagia, Tangguh, Sukses dan Sederhana).

Generasi Z atau Gen Z

Berbicara tentang Genzy atau Gen Z, selalu membuat saya bersemangat. Pasalnya, lima orang anak saya lahir sebagai gen Z, yaitu Kakak, Teteh, Abang, Piye dan Sarrah dan satu anak generasi Alpha (Saki). Konsekuensi memiliki anak tentu saja membutuh strategi dalam mengasuh dan mendidiknya. Salah asuhan atau salah mendidik akan berpengaruh pada masa depannya. Pernah, kan kita mendengar, bahwa anak-anak yang “gagal” berawal dari kesalahan asuh orang tuanya. Tentu saja saya tidak ingin hal itu terjadi. 

Dengan memiliki anak Gen Z tentu saja saya harus mengetahui seluk beluk ciri khas mereka dan bagaimana cara menangani anak-anak yang menggunakan teknologi saja sudah sealami tarikan nafasnya. Gen Z yang disebut-sebut sebagai generasi digital native tentu saja berbeda penangannya dengan generasi emak bapaknya zaman doeloe kala. Kalau sudah begini, saya jadi ingat apa yang disampaikan oleh sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib.

"Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian  diciptakan untuk zaman kalian." (Ali bin Abi Thalib)

Dalam banget ya, Moms, nasehat sahabat, sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW ini. Tak bisa dinafikan, bahwa Islam mengajarkan kita untuk senantiasa mendidik dan mengasuh anak sesuai zamannya. Karena ilmu pengetahuan itu bersifat dinamis dan terus berkembang. Sehingga metode pengajaran yang harus diberikan kepada anak, harus disesuaikan dengan kondisi masa kini dan masa depan. Apalagi sekarang kan sudah era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Tentu orang tua harus mampu mengantarkan anak-anak menghadapi tantangan zamannya.

Siapakah Gen Z?

Moms, Gen Z adalah anak-anak yang lahir direntang tahun 1997-2021. Ini artinya, anak-anak kita yang berusia 9 hingga 24 tahun. BPS menyebut bahwa Gen Z adalah generasi yang memegang peranan penting dan mempengaruhi perkembangan Indonesia kini dan nanti. Jumlah Gen Z saat ini lebih tinggi sedikit dibandingkan Gen Y (milenial) yaitu berjumlah 27,94 persen. Disebut juga bahwa Gen Z ini adalah anak-anak yang lahir dari generasi milenial. Meskipun anak Gen Z lahir dari generasi X (saya dan mungkin Moms hehe)

Gen Z
Abang Gen Z saat PJJ 


Foto di atas adalah anak saya yang nomor 3. Saya cukup terkejut karena kemampuannya mengedit video lumayan baik juga. Padahal dia hanya belajar lewat youtube. Dibandingkan dengan saya, beneran jauh banget. Saya harus mengedit video sambil uring-uringan karena gaptek. Sementara dia ngedit video enjoy aja. Asyik. Emang beda ya, anak-anak zaman now.

Ciri-ciri Gen Z 

Ciri yang paling menonjol Gen Z adalah digital native, menguasai teknologi sealami menghirup oksigen di alam bebas. Anak-anak yang lahir sebagai gen Z ini tidak pernah merasakan kesepian. Karena bagi mereka meski mereka di rumah saja, tapi masih bisa berkomunikasi meski lewat virtual atau medsos. Mereka bisa memiliki teman bahkan lintas kota, provinsi atau negara. Makanya Gen Z ini disebut sebagai generasi minim batasan (boundary-less generation). Makanya, ini kalau dibebaskan, bisa kacau dan menyusahkan orang tua. Perlu pendampingan banget anak-anak ini. Agar potensi mereka bisa melejit sesuai dengan fitrahnya. Tidak kebablasan.

Pernah kan ada kasus anak yang main games online terus orang tuanya kena tagihan jutaan. Itu karena anak digital native ini bisa mengakses teknologi secara luas tanpa pendampingan. Tahu-tahu bocor. Emak bapak kaget ada tagihan jutaan. Padahal enggak beli apa-apa. Eh ternyata anaknya beli voucher game online. Banyak kasus-kasus anak-anak yang menguasai teknologi tanpa pendampingan yang membuat emak bapak pingsan.  

Tentu saya tidak ingin menghadapi kasus-kasus seperti itu dong. Makanya saya terus belajar, belajar, belajar, bagaikan kuda. Biar kata sudah tua, anak banyak. Tetap menjadi orang tua yang up to date itu udah wajib hukumnya.

Tips Mendampingi Gen Z Memiliki Mental Juara

Nah, pada sesi webinar di acara virtual open house SMA Pintar Lazuardi itu, hadir Kang Irfan Amalee, Shahnaz Haque dan Viera Adella. Wah saya senang sekali bisa mendengarkan berbagai pendapat dari orang tua-orang tua yang merangkap sebagai public figur dan pegiat pendidikan di Indonesia ini. 

Shahnaz Haque

Tips Mendampingi Gen Z Memiliki Mental Growth Mindset dari Kang Irfan Amalee

Saya tidak mengenal secara dekat dengan Kang Irfan Amalee. Dulu waktu jadi Book Advisor (2009-2010) kenal Kang Irfan karena sering jadi mentor di acara BA Mizan. Saya juga mengikuti Facebooknya. Mengenal keluarganya (Teh Mila dan putra putrinya yang sholih) dan kesehariannya waktu beliau tinggal di LN dan sekarang di Indonesia. Mengelola Peace gen Indonesia. Saya selalu bersemangat belajar pada keluarga pendidik. 

Di webinar, Kang Irfan Amalee berbicara tentang Disiplin Positif. Saya pernah mendapatkan materi disiplin positif ini ketika bertemu dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, pada tahun 2018. Waktu itu menterinya masih ibu Yohana Yembesi. Disiplin positif adalah pendekatan yang dilakukan kepada anak dalam menanamkan disiplin tanpa kekerasan dan penyelesaian masalah dengan cara persuasif.

Menurut Kang Irfan Amalee bahwa di dalam diri kita itu ada 5 binatang. Maka menerapkan disiplin positif pada anak dengan cara memberikan misi menjinakkan 5 binatang di dalam diri kita. Ini menarik sekali. 

Binatang dalam diri manusia

Kelima binatang itu adalah:

  1. Singa, melambangkan tubuh
  2. Rajawali, melambangkan pikiran
  3. Bunglon, melambangkan emosi
  4. Sapi, melambangkan aset
  5. Ayam jago, melambangkan waktu.

Kang Irfan menganalogikan kelima binatang ini ketika kita melaksanakan shalat. Singa, atau tubuh kita harus diberi makan agar tubuh menjadi sehat dan bugar bisa melaksanakan shalat dengan baik. Rajawali atau pikiran kita juga harus dikendalikan. Ketika akan shalat, pikiran kita harus sudah bersih dari hal-hal duniawi. Fokus pada apa yang akan kita lakukan dalam shalat. Termasuk bacaan dan gerakan shalatnya. Khusu. Sementara itu, kita juga harus bisa menahan emosi saat shalat agar shalat tetap khusu. Kita juga harus bisa mengendalikan aset, yaitu pendengaran, penglihatan dan hati akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Begitu juga dengan waktu. Kita juga harus bisa mengelola waktu dengan baik karena jika kita bisa mengelola waktu dengan baik maka kehidupan kita akan menjadi lebih baik. Waktu juga akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhirat.

Rasulullah bersabda, "Kullukum ro'in, wakullukum mas'ulun 'aroiyyatihi", artinya setiap kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin.

Kang Irfan juga bercerita soal anak kembar identik. Jadi ada anak kembar identik dari kedua orang tua gagal yang hobi mabuk-mabukan. Dari kecil kedua anak ini diperlihatkan kelakuan ayah ibunya yang pemabuk. Hingga mereka dewasa, ternyata kedua anak kembar ini memiliki kehidupan yang tidak sama. Anak kembar yang satu menjadi pemabuk dan anak kembar yang satu lagi menjadi anak yang sukses.

Mengapa demikian?

Ternyata anak yang pemabuk itu melihat masalah adalah masalah (fix mindset). Sementara anak yang sukses melihat masalah sebagai tantangan (growth mindset). Jadi setiap anak itu unik. Meski anak kembar sekalipun, tidak akan benar-benar identik dalam menghadapi tantangan kehidupannya. Oleh karena itu penting sekali melatih mental growth mindset ini kepada anak-anak. 

Growth Mindset

Di dunia kerja, Growth Mindset ini menduduki urutan pertama dalam soft skill abad 21 ini. Profesi yang tidak tergantikan di dunia industri saat ini adalah soft skill empati. Ada 2 jenis empati, yaitu affective emphaty (empati afektif), yaitu perasaan peka yang tinggi terhadap lingkungan disekitar dan cognitive emphaty, yaitu kemampuan menempatkan diri dan membaca situasi di lingkungan sekitar (critical thinking). 

Tips Mendampingi Gen Z Memiliki Mental Juara dari Shahnaz Haque

Menurut Shahnaz, untuk memiliki mental juara, Gen Z harus memiliki 3 hal, yaitu: kreatif, adaptif dan kolaboratif. Selanjutnya Shahnaz mengatakan bahwa, menjadi pintar itu sebenarnya mudah saja. Kuncinya adalah sering berlatih (repetitif). Model pembelajaran pengulangan ini bagus dilakukan untuk pemahaman konsep dan pembiasaan. Saat ini metode pembelajaran masih banyak yang hanya mengandalkan otak kiri saja (kognitif) padahal penggunaan orak kanan pun penting dilakukan agar kecerdasan anak seimbang antara otak kiri dan otak kanan juga otak tengah.

Dalam dunia kerja, penting sekali menggunakan otak kanan. Menurut Shahnaz, untuk terjun ke dunia kerja nanti, Gen Z harus dilatih untuk melakukan 3 hal penting ini:

  1. Menjaga karakter baik
  2. Mengaktifkan otak kanan
  3. Menjaga mulutnya (Salah makan jadi sakit. Salah ngomong bisa bahaya).

Satu lagi pesan mbak Shahnaz, biarkan Gen Z mulai kepentok. Karena anak-anak ini akan berusaha mencari jalan keluarnya sendiri dan insyaAllah berhasil juga. Kuncinya adalah dukungan dari orang tua dan tak lelah mendampingi anak-anaknya.

Alhamdulillah, suka sekali dengan pemaparan dari ibu tiga anak ini yang semuanya perempuan  dan menurutnya ajaib. Hobi anak-anaknya itu menurutnya aneh-aneh semua. Maskulin. Ada yang jadi joki, ada yang hobi olahraga dan satu lagi hobi main drum mengikuti ayahnya tapi pengen jadi bintang film juga. Itulah keajaiban anak-anaknya yang tetap saja dia dukung dan berusaha mencari tahu apa dan bagaimana hobi-hobi mereka dan semoga bisa melejitkan potensi mereka yang luar biasa itu.

Alhamdulillah, banyak insight dari pemaparan Kang Irfan, Mbak Shahnaz dan Bu Viera Adella. Juga insight dari Pak Siswoyo dan Dr. Haidar Baghir di acara virtual open house SMA Pintar Lazuardi. Bagaimana kita orang tua mendampingi Gen Z dan memilihkan sekolah yang baik untuk mereka. Semoga tips mendampingi Gen Z memiliki mental juara bermanfaat untuk Moms dan keluarga.

Salam hangat,

Sri Widiyastuti

Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

26 comments

  1. Sebagai emak dngan dua anak gen Z baca ini berasa diingatkan bener akutuuu..ya ampun daging bener materinya ya. Serius, perlu pendampingan banget anak-anak generasi ini. Agar potensi mereka bisa melejit sesuai dengan fitrahnya. Tidak kebablasan sehingga nantinya bisa bermental juara

    ReplyDelete
  2. Iya, memang beda zaman dan generasi, berbeda pula pola pikir dan pengasuhan anak. Apalagi generasi Z ini benar2 milenial yang melek teknologi digital dan itu sudah wajib mampu karena globalisasi. Keren nih SMA PIntar Lazuardi menggembleng siswa2 menjadi juara dengan cara menyenangkan.

    ReplyDelete
  3. generasi Z adalah generasi masa depan ya mbak
    makanya sangat penting mempersiapkan bekal untuk mereka
    terutama untuk bisa menjadi juara

    ReplyDelete
  4. MasyaAllah, seneng banget baca nasihat Ali bin Abi Thalib. Ini yang kadang orangtua sering lupa. Maunya anak dididik dan diajarin kaya jamannya dia dulu, lupa kalau jaman sudah berbeda.
    Setuju banget sih sama poin-poin dari SMA Lazuardi ini (ini sekolah idamanku, haha). Selama positif dan sesuai kodrat, ga papa kok dukung hobi anak. Yang penting kita arahkan gimana catanya tetap ada di jalan syariat

    ReplyDelete
  5. Bener banget kak..tiap anak emang unik apalagi di jaman sekarang..jadi harus pinter2 kita mendampinginya ..sesuai dengan karakter mereka ya..

    ReplyDelete
  6. Anak-anak lahir mengikuti zaman. Tiap zaman punya masalah yang berbeda. Potensi juga berbeda. Jadi sebagai orang tua terutama orang tua di Gen z ini kudu belajar banyak ya Mbak agar tidak tertinggal banget antara pengetahuan orang tuanya dengan pengetahuan mereka. Jadi kalau ngomong bisa langsung nyambung. Untuk bermental juara pun penanganan untuk generasi z berbeda dengan pendahulunya. Ya semoga kita semua sukses membawa anak-anak seperti yang kita idamkan ya mbak. Amin

    ReplyDelete
  7. anak saya sering tanya, dulu bunda tahu hp tahun berapa?
    Huhuhu, dulu tahu HP uda umur 20an awal. Nah ini anak2 dari brojol sudah tau benda bernama HP (dan gawai lainnya heheh)
    Kadang memang worry ya punya anak itu... Tapi hari gini banyak pendampingan untuk para ortu ya, termasuk acara dr SMA Lazuardi ini.

    ReplyDelete
  8. Menarik membahas fix mindset dan growth mindset.
    Memang, orang-orang yang sukses itu, mereka melihat masalah bukan sebagai masalah, tapi sebagai tantangan. Dan orang yang sukses, tidak menyerah pada masalah, tapi justru mencari solusi dari masalah. Suatu hal yang penting kita tanamkan pada diri anak kita.

    ReplyDelete
  9. Mendidik anak memang tidak bisa disamakan dengan zaman orang tuanya. Mereka hidup pada zamannya masing-masing. Tugas kita sebagai orang tua yang harus terus belajar untuk mendampingi anak-anak.

    ReplyDelete
  10. Soal tagiham games pengalamanku banget deh, Ummi. Soalnya pernah lagi masak kecolongan hp dipinjam Adek Fi dantiba2 besok ada sms invoice tagiham 3jt.. Omg. Untung bisa dilaporkan dan akhirnya tak perlu ditagih. Emang anak tak bisa dilepas gitu aja sama gadgetnya. Kudu ada pendampingan.

    ReplyDelete
  11. Setiap anak berbeda, terlebih lagi untuk urusan menyelesaikan masalah. Ini acaranya bagus banget mbak. Anak Gen Z ini cepet banget belajarnya, medianua banyak banget.

    ReplyDelete
  12. Ulasan yg sangat menarik, Mak.
    Yap, setuju banget kalo Gen Z harus memiliki 3 hal, yaitu: kreatif, adaptif dan kolaboratif.

    Menumbuhkan growth mindset juga hal yg amat penting ya

    ReplyDelete
  13. Sepakat sekali nih mba kalau anak Gen Z kemampuan adaptasi teknologi amat sangat cepat. Aku yang terbiasa pakai teknologi aja ya kagum ama kemampuan mereka memahami teknologinya

    ReplyDelete
  14. Tantangan banget ya jadi orang tua di jaman sekarang. Saya yang lagi mulai menjadi orang tua, sudah mulai merasakan, kalau Anak Gen Z ini memang digital native banget.

    ReplyDelete
  15. Kayak sekarang ini aja kalau mendampingi anakku sekolah beda banget sih emang dari jaman ke jaman dan cara pembelajarannya. Tapi kayak sekolah anakku tuh dari waktu dia TK memang sudah diajarkan kemandirian dan problem sloving juga sih. Biar si anak gak kaget-kaget gitu.

    ReplyDelete
  16. Insight yang menarik. Suka sekali dengan cara bertuturnya. sebagai ibu, aku juga relate, merasakan kegalauan yang sama dan mikir keras metode seperti apa yang paling tepat untuk mendidik anak gen z. Makasih banyak ya mbak.

    ReplyDelete
  17. Menjadi orangtua yang mengasuh Gen Z ini kudu siap dengan segala kebutuhan mereka yaa..
    Dan fenomena anak cerdas ini sudah bergeser dari zaman kita dulu.. Saingan kreativitas sekarang eranya.

    ReplyDelete
  18. Mbak, aku masih penasaran soal yang kelima hewan tersebut. Kalau diterapkan di pendidikan anak2 jadi seperti apa. Lalu soal salah ngomong itu aku pernah ngalamin, huff kerja sama digital native via online lagi kerjanya, salah ngomong dikit bisa jadi masalah besar. Kita2 yg milenial jd hrs belajar lagi deh intinya.

    ReplyDelete
  19. Ortu generasi milenial harus bisa juga beradaptasi dengan Gen Z apalagi soal teknologi, supaya gak gaptek, hehehe. supaya juga gak bocor tagihannya

    ReplyDelete
  20. Lengkap banget mbak Sri, terima kasih sudah dirangkumin. Tantangan mendidik dan membesarkan anak gen Z dan generasi di bawahnya emang makin banyak yaa. Orang tua harus senantiasa upgrade apa saja yang biasanya disukai anak2 dan mendukung serta mengarahkan dengan baik. Gak hanya supaya si anak punya daya saing tp juga bisa jd pribadi yg baik ya.

    ReplyDelete
  21. iya juga sih anak jaman sekarang ngedit video santai aja, aku bilang sama anak bungsuku pengen diajari gitu. Jawabannya susah ngajari Ibu, ya Allah, aku sih tertawa geli karena udah bisa nebak jawabannya. Karena dia melihat ibunya kalo ngedit mesti sambil ngomel, hihiiii

    Aku dari dulu suka dnegan nasehat Ali bin Abi Thalib, pas banget dengan kondisi setiap jaman.

    ReplyDelete
  22. Jadi berasa dapat kuliah gratis Teh. Hatur nuhun saya mau baca sekali lagi ah biar hafal istilah-istilahnya. Bookmarked!

    ReplyDelete
  23. Nasihat Ali bin Abi Thalib ini visioner banget emang yaa, bisa dipakai sampai kapanpun. Menarik ilmunya mbaa, thanks udah sharing.

    ReplyDelete
  24. Bener banget yaa... mental growth mindset. Harus dicontohkan juga dengan perilaku yang baik agar anak-anak termotivasi mengikutinya untuk menjadi pedoman langkah-langkahnya di kemudian hari.

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar