Waspada Hoaks! Cek Fakta di Masa Pandemi Covid-19 demi Kesehatan dan Keselamatan Keluarga

Waspada Hoaks! Cek Fakta di Masa Pandemi Covid-19 demi Kesehatan dan Keselamatan Keluarga

Waspada Hoaks! Cek Fakta di Masa Pandemi Covid-19 demi Kesehatan dan Keselamatan Keluarga. Demikian pesan singkat yang saya terima lewat layanan SMS. Moms, pernah mendapatkan SMS serupa? Kalau saya, sejak bulan Oktober 2020 lalu, setiap 2 minggu sekali mendapatkan pesan dari Satgas COVID-19, namanya Lawan Covid-19. Alhamdulillah, informasi-informasi di dalam Lawan Covid-19 ini membantu saya mengetahui situasi dan kondisi di masa pandemi ini. Dari mulai ajakan untuk  disiplin prokes 3 M lalu berkembang menjadi 5 M, larangan mudik, program pemulihan ekonomi UMKM di masa pandemi, informasi layanan vaksinasi gratis dari pemerintah, jaminan keamanan vaksin Covid-19 yang aman dan halal dan ajakan untuk mewaspadai berita-berita hoaks di masa pandemi ini.  

Saya yakin, seluruh warga Indonesia yang memiliki telpon seluler, tentu mendapatkan informasi yang sama dengan saya dari satgas Covid-19 dalam melawan Covid-19 ini. Oleh karena itu, saya masih tidak mengerti, mengapa di antara teman-teman dan keluarga saya, masih ada yang meragukan kebenaran informasi bahwa saat ini sedang masa pandemi Covid-19. kita sedang dalam keadaaan tidak baik-baik saja. Virus Corona itu ada dan menginfeksi banyak orang hampir di seluruh dunia. Bahkan di antara mereka ada yang mengembuskan informasi sesat, tidak boleh ke rumah sakit, karena nanti diCovidkan oleh rumah sakit. Akhirnya, dampak yang terjadi adalah kepanikan dan ketidakjujuran pada pasien yang bergejala, baik ringan, sedang maupun parah. Pasien gejala ringan menjadi parah karena penanganan yang salah dan terlambat. Akibatnya fatal dan menyebabkan kematian. Hal ini banyak terjadi di tengah masyarakat. Salah satunya terjadi pada keluarga saya sendiri. Meski keluarga jauh, tapi mendengar kronologis kejadiannya, saya sedih sekali. Keluarga termakan informasi hoaks yang disebarkan di grup whatsapp seperti di dalam gambar di bawah ini sehingga berujung kematian.

Waspada Hoaks! Cek fakta di masa pandemi
Jadi ceritanya, Moms, ada salah satu anggota keluarga yang sakit. Seorang bapak berusia paruh baya. Awalnya diketahui batuk dan pilek. Tanpa demam dan tanpa sesak nafas.  Keluarga dibanjiri informasi seputar penanganan sakit selama di rumah saja. Kemudia mereka mengikuti terapi yang disarankan tersebut di atas itu. Selama 2 hari, mereka melakukan terapi untuk bapak dari nomor 1 sampai nomor 11 ditambah dengan minun teh bunga Telang untuk bapak. Selama perawatan di rumah, bapak masih terlihat sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari. 
Meski tidak sesak nafas, dan bisa melakukan kegiatan sehari-hari selama di rumah, namun ketika dicek saturasi oksigen turun terus dari 85-77-74. Akhirnya keluarga sepakat membawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih intensif. Selama menunggu mobil yang membawa ke rumah sakit tiba, saturasi oksigen bapak turun terus dengan sangat cepat, selama 45 menit  turun dari 73-70-66-54-50. Dengan kondisi saturasi oksigen yang terus menurun, bapak tidak kuat berjalan, harus dipapah dan masuk ke dalam mobil digendong. Sampai di IGD, dilakukan cek darah, swab PCR, rontgen dan pemasangan oksigen. Hasilnya: swab positif, hasil rontgen pneumonia, hasil darah nampak infeksi berat, happy hypoxia.
Happy Hypoxia  adalah berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh tetapi penderita tidak menunjukan gejala sehingga pasien terlihat baik-baik saja atau normal. Padahal pada saat itu, virus sedang merusak organ pernafasan pasien. Dan selang tak lama kemudian, bapak wafat. Bapak hanya bisa bertahan selama 3 hari. Setelah itu, Allah lebih sayang pada bapak. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Semoga bapak husnul khotimah. Allahumaghfirlahu warhamhu wa afihi wa'fuanhu.
Keluarga sangat terpukul dengan kejadian ini. Merasa menyesal karena mengikuti informasi yang disebarkan oleh keluarga dekat. Inilah bahayanya dis/misinformasi ini. Informasi terlihat benar tapi sebenarnya belum teruji secara klinis dan berpotensi membahayakan jiwa. Terapi-terapi tersebut mungkin berhasil pada beberapa orang namun tidak bisa menjamin akan berhasil  kepada orang lain. Terutama pada pasien yang sudah memiliki gejala Covid-19  berat (mengalami happy hypoxia) dan tergantung usia. Sekarang keluarga menjalani isoman di rumah. 
Menurut saya, Moms, menurut saya ya, terapi terapi yang disebutkan di atas itu  sebaiknya dilakukan untuk pencegahan (preventif) kepada orang yang sehat dalam menjaga imunitas diri. Jika sudah terpapar, hal yang harus dilakukan adalah  memeriksakan diri ke dokter sehingga akan dilakukan secara menyeluruh dari cek darah, swab PCR dan penanganan lainnya sehingga penanganannya akan tepat sesuai kondisi, apakah mengalami gejala ringan, sedang atau berat. Oleh karena itu penting sekali waspada pada berita hoaks di masa pandemi ini dan cek fakta informasi yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 ini demi kesehatan dan keselamatan keluarga.

Pentingnya Cek Fakta di Masa Pandemi Covid-19

Moms, cek fakta di masa pandemi ini penting sekali, agar kita bisa menyaring berita dengan baik. Agar kita tidak menjadi salah satu penyebab kematian seseorang karena termakan informasi yang sesat dan tidak terbukti secara klinis dapat mengobati penyakit Covid-19. Dengan melakukan cek fakta, kita terhindar dari menjadi salah satu agen penyebar berita bohong karena ketidaktahuan kita bahwa berita itu mengandung disinformasi sehingga orang yang membacanya salah melangkah ketika tiba-tba terpapar virus dan menunjukkan ciri-ciri terinfeksi Covid-19. Perlu disadari bahwa terpapar Covid-19 ini bukan aib atau sesuatu yang memalukan. Sama dengan penyakit lainnya, menderita penyakit ini perlu kesadaran untuk melakukan pengobatan dan pencegahan penularan. Dengan kesadaran ini, insyaAllah tidak akan pasien yang meninggal karena terlambat mendapatkan perawatatan atau orang lain tetangga, suami istri, orang tua, anak-anak tidak akan terpapar jika kita jujur. 
Kak Icha Mentor pelatihan cek fakta online
Cek fakta ini perlu ilmu juga, Moms. Alhamdulillah, beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 16 dan 17 Juni 2021 lalu, saya mengikuti pelatihan online Cek Fakta Kesehatan yang diselenggarakan oleh Tempo Institute bekerjasama dengan Facebook. Hadir sebagai narasumber ibu Ika Ningtyas dan kak Icha (Siti Aisah), seorang Facebook's Global Health Fellow. Dalam pelatihan ini dilakukan tatap muka secara online selama dua hari dan workshop menggunakan Learning Management System (LMS) Tempo Institute. Peserta mendapatkan sertifikat keikutsertaan setelah menyelesaikan seluruh rangkaian workshop yang ada di LMS. 

Pengertian Hoaks

Mungkin di antara Moms masih bingung dengan pengertian hoaks. Bagaiman mau waspada hoaks, kalau ternyata kita sendiri belum tahu makna dibalik kata hoaks itu sendiri. Hoaks atau dalam bahasa Inggris disebut hoax, Moms, yaitu berita palsu atau berita bohong, berita yang tidak benar yang dibuat seolah-oleh berita benar. 

Jenis Hoaks

Menurut Ibu Ika, ada beberapa jenis hoaks yang beredar di masyarakat, yaitu: misinformasi, disinformasi dan malinformasi. Ketiganya kelihatannya sama, namun sebenarnya berbeda.
  1. Misinformasi adalah adalah informasi atau berita palsu yang beredar, namun orang yang berbagi tidak menyadarinya bahwa itu salah atau menyesatkan.
  2. Disinformasi adalah suatu informasi yang dengan sengaja dirancang untuk menyebabkan kerugian.
  3. Malinformasi adalah informasi asli, namun penyebarannya dimaksudkan untuk menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu.
Nah, mnurut standar First Draft, sebuah organisasi riset yang berfokus untuk media di Amerika Serikat, mis/disinformasi ini ada 7 macam, moms, meliputi:
  1. satire, 
  2. konten menyesatkan, 
  3. konten aspal, 
  4. konten pabrikasi, 
  5. konten gak nyambung, 
  6. konteks salah, dan 
  7. konten manipulatif.

Penyebab dan Dampak Hoaks 

Moms, beberapa penyebab hoaks yang terjadi di tengah masyarakat itu, menurut kak Icha adalah disebabkan oleh sebagai berikut: 
  1. Tingginya penetrasi internet secara global dan di Indonesia saat ini menyebabkan sirkulasi hoaks makin cepat. Sejak internet lahir, siapapun orang bisa memproduksi dan mendistribusikan informasinya sendiri tanpa ada proses moderasi yang ketat. Ini menyebabkan banjir informasi diterima oleh warganet setiap menitnya.
  2. Indonesia menjadi pengguna internet keempat terbesar di dunia yang sayangnya belum diikuti dengan kemampuan melek literasi digital. Tingkat literasi Indonesia menempati urutan ke-70 di dunia. Sedangkan indeks literasi digital Indonesia, menurut Kominfo di angka sedang. Ini menyebabkan pengguna internet belum bisa membedakan informasi yang sesuai fakta dan hoaks.
  3. Polarisasi karena politik juga menjadi sebab sirkulasi hoaks menjadi cepat. 
  4. Fanatisme berlebihan pada kelompok, calon, atau ideologi tertentu menjadi penyebab mengapa orang mudah termakan hoaks.
Duh, beneran harus waspada pada hoaks ini yaa. Harus senantiasa cek fakta di masa pandemi Covid-19 demi kesehatan dan keselamatan keluarga.

Tujuan Hoaks

Hoaks yang menyebar menurut kak Icha disinyalir ada berbagai tujuan di baliknya yakni :
  1. jurnalisme yang lemah, 
  2. untuk lucu-lucuan, 
  3. sengaja membuat provokasi, 
  4. partisanship, 
  5. mencari duit lewat judul clickbait
  6. gerakan politik dan propaganda.

Dampak Hoaks 

Dampak hoaks bagi masyarakat jelas banget merugikan masyarakat ya, Moms. Menurut ibu Ika, pertama kali hoaks terjadi secara masif antara lain dampak polarisasi seperti yang terjadi pasca Pilpres 2014/2019, kebencian berbasis SARA, dampak bagi penanganan bencana, dan penanganan pandemi Covid-19. Duh beneran deh, masa ini tuh ngeri karena kita seperti diadu untuk saling membenci gitu oleh orang orang tak bertanggungjawab sehingga akhirnya kita dibuat menjadi dua kubu. Sampai sekarang pun masih berlangsung, lho. Coba moms perhatikan, sekarang pun hoaks kesehatan makin menjadi, kan. Salah satunya ya itu, kita terus saja diadu, antara yang pro dan kontra, yang taat prokes dan yang abai prokes. Pro vaksinasi dan enggan vaksinasi. Beneran bikin pening. Bingung, kan kita jadinya memilih berita. Mana yang benar? 

Infodemik

Infodemik adalah penggunaan media sosial yang begitu masif di masa pandemi Covid-19 menimbulkan informasi yang salah terkadang dapat menyebar lebih cepat dibandingkan faktanya. Sehingga banyak beredar berita hoaks.

Infodemik
Fenomena ini disebabkan oleh kehidupan di masa pandemi Covid-19 di mana era digital begitu canggih membuat masyarakat semakin mengandalkan internet sebagai sumber informasi. Hal ini dikuatkan oleh laporan perusahaan media asal Inggris, We Are Social yang dirilis pada Februari 2021 menunjukkan 61,8% masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Durasi penggunaan rata-rata orang Indonesia untuk mengakses media sosial adalah 3 jam per harinya. 

Kalau begitu, bagaimana cara melawan infodemik? Solusi yang ditawarkan adalah membuat platform digital yang lebih akuntabel, mis/disinformasi dilacak dan diverifikasi, serta kemampuan literasi digital masyarakat perlu ditingkatkan. 

Permasalahan Mis/Disinformasi Kesehatan

Berdasarkan data Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), jumlah hoaks kesehatan meningkat dari 7% (86 hoaks dalam setahun pada 2019) menjadi 56% (519 hoaks dalam setengah tahun pada 2020).  Jumlah hoaks Covid-19 yang diklarifikasi oleh MAFINDO adalah berjumlah 492 hoaks (94,8%) dari total hoaks kesehatan selama enam bulan pertama tahun 2020. Sedangkan Kementerian Kominfo mencatat 1.471 hoaks terkait Covid-19 tersebar di berbagai media hingga 11 Maret 2021. 

Mis'disinformasi
Berdasarkan survei perilaku masyarakat di masa pandemi Covid-19 yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2020, 17 dari 100 responden menyatakan sangat tidak mungkin atau tidak mungkin tertular Covid-19. Kelompok populasi umur 17-30 tahun memiliki persentase tertinggi yang menyatakan sangat tidak mungkin dan tidak mungkin terinfeksi Covid-19. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin meyakini bahwa Covid-19 berbahaya dan mudah menular.

Studi lain menyatakan hanya 11,3% responden (n= 382 orang) yang menganggap diri mereka kemungkinan besar tertular Covid-19 (International Journal of Public Health Science, 2020). 

Dampak Mis/Disinformasi Kesehatan

dampak buruk dis/misinformasi
Dampak buruk dari mis/disinformasi kesehatan antara lain:

  1. menyebabkan kebingungan dan kepanikan di masyarakat
  2. ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, otoritas kesehatan dan ilmu pengatahuan (sains)
  3. demotivasi untuk mengikuti perilaku protektif yang direkomendasikan
  4. sikap apatis yang memiliki konsekuensi besar karena berkaitan dengan kualitas hidup masyarakat, seperti membahayakan kesehatan, bahkan sampai menimbulkan risiko kematian. 

Ngeri dampaknya ya, Moms. Jadi bagaimana dong supaya kita bisa melawan arus dis/misinformasi ini? Jawabnya adalah dengan mengupgrade diri untuk memiliki kemampuan dasar cek fakta kesehatan.

Lalu, bagaimana cara kita mengetahui ini berita benar atau berita hoaks yang tersebar di masyarakat? yang harus kita lakukan adalah mengenali situs abal-abal. Bagaimana caranya? Cek infonya di bawah ini.

Kenali Situs Abal-abal 

Menurut Menkominfo ada 900 ribu situs penyebar hoaks. Berikut tips-tips untuk mengidentifikasi situs abal-abal, diantaranya:

Cek alamat situs

Cek alamat situs nya jika meragukan, bisa melakukan pengecekan melalui sejumlah situs salah satunya who.is dan domainbigdata.com. Ada juga situs abal-abal yang cuma beralamat di blogspot. 

Cek perusahaan media di Dewan Pers

Bisa melakukan pengecekan perusahaan media melalui direktori Dewan Pers. Pengecekan bisa melalui https://dewanpers.or.id/data/perusahaanpers. Namun, perlu diketahui,  ada beberapa media kredibel yang tidak berbadan hukum.

Cek detail visual

Misalnya gambar logonya yang jelek. Ada situs abal-abal yang menyaru mirip-mirip situs media mainstream.

Terlalu banyak iklan

Hati-hati dengan website yang banyak iklannya. Media abal-abal sekadar mencari click untuk mendapatkan iklan.

Bandingkan ciri-ciri pakem media

Bandingkan sejumlah ciri yang menjadi pakem khas jurnalistik di media mainstream. Misalnya, nama penulisnya jelas, cara menulis tanggal di badan berita, hyperlink-nya yang disediakan mengarah ke mana, narasumbernya kredibel atau tidak, dan lain-lain.

Cek About Us

Cek "About Us" yang ada di laman situs media. Media abal-abal selalu anonim.

  • Sesuai UU Pers: berbadan hukum dan ada penanggung jawabnya. Cek, ada alamat yang jelas dan siapa saja orang-orangnya.
  • Mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber.

Waspada terhadap judul yang sensasional

Hati-hati jika menjumpai berita dengan judul-judul yang terlalu sensasional. Baca beritanya sampai selesai. Jangan cuma baca judul lalu komen di medsos.

Cek ke situs media mainstream

Untuk memastikan apakah informasi yang dimuat sebuah situs non-mainstream layak dipercaya atau tidak, bisa mengeceknya ke situs media mainstream. Jika ada, bandingkan bagaimana situs mainstream melaporkan. Selain itu penting melakukan verifikasi untuk memastikan sumber pertama dan melihat konten aslinya.

Cek foto di google reverse image

Cek foto utama apakah pernah dimuat di tempat lain, terutama di situs mainstream. Situs abal-abal biasanya selalu mencuri foto dari tempat lain.

Nah, ini jadinya menantang nih, Moms. Gimana sih cara memverifikais foto? Gimana cara kita tahu kalau informasu dalam foto itu mengandung hoaks? Kak Icha memberikan latihan kepada kita untuk  verifikasi foto, moms. 

Memverifikasi Foto 

Untuk memverifikasi foto, perhatikan tanda-tanda khusus yang bisa diidentifikasi antara lain nama gedung, toko, bentuk bangunan, plat nomor kendaraan, nama jalan, huruf-huruf yang menandakan bahasa, tugu atau monumen, dan bentuk jalan.

Verifikasi foto

Tools untuk Verifikasi Foto

Beberapa tools yang bisa digunakan untuk memverifikasi foto yakni: 

  • Reverse Image dari Google bisa digunakan untuk mencari unggahan foto pertama pada sebuah website. Tools ini berguna untuk menelusuri foto-foto yang diambil dari internet.
  • Reverse image dari Yandex. Yandex adalah  sebuah search engine dari Rusia yang sangat bagus untuk penelusuran foto, terutama untuk mengeksplorasi situs-situs dari Eropa Timur.
  • Reverse image dari Tineye bisa digunakan untuk penelusuran foto dengan kelebihan memiliki filter berdasarkan urutan waktu.
  • Alternatif tools lainnya adalah Bing.com milik Microsoft dan Baidu. 

Memverifikasi Video

Bagaimana cara menverifikasi video?

Ternyata ada dua langkah untuk memverifikasi video, moms. 

1. menggunakan kata kunci di mesin pencari atau di media sosial (Youtube, Facebook, Twitter, IG). Kedua, memfragmentasi video menjadi gambar lalu menggunakan reverse image tools.

  • Saat Moms mendapatkan video di media sosial, tonton dan dengarkan video tersebut sampai habis. Carilah petunjuk di dalam video seperti bentuk bangunan, rambu-rambu jalan, plat nomor kendaraan, nama-nama jalan, nama-nama bangunan, dan lain-lain. Dengarkan juga audionya, terkait bahasa,  obrolan orang-orang dalam video atau dialeknya.
  • Apabila Moms menemukan petunjuk-petunjuk di dalam video, lalu gunakan petunjuk-petunjuk itu sebagai kata kunci. Misalnya, pada akhir Januari beredar video yang diklaim suasana pasar hewan di Wuhan, yang dianggap sebagai asal-usul menyebarnya virus Corona jenis baru. Dalam detik ke-15, terlihat papan nama kantor yang tertulis “Kantor Pasar Langowan”. Setelah ditelusuri di Google, Pasar Langowan ternyata terletak di Tomohon, Sulawesi Utara.

2. menjadikan video menjadi potongan gambar lalu ditelusuri dengan reverse image tool. Untuk memfragmentasi video menjadi gambar bisa menggunakan cara manual dengan screen capture atau menggunakan tool InVID. 

Invid chrome extension
InVID memiliki beberapa keunggulan yakni memiliki fitur fragmentasi video dan reverse image tool sekaligus, dapat memfragmentasi video dari seluruh tautan media sosial dan file lokal dan dilengkapi fitur lain seperti memeriksa metadata dan analisis forensik foto.

Kemampuan Dasar Cek Fakta Kesehatan

Kemampuan cek fakta kesehatan di masa pandemi ini penting sekali, Moms. Terutama agar kita bisa menyaring informasi yang masuk lewat sosial media, seperti FB, twiter atau whatsapp. Beberapa langkah di bawah ini bisa moms lakukan di rumah ketika mendapatkan broadcast seputar klaim kesehatan.

Cek fakta kesehatan di rumah
  1. Cek sumber asli informasi yang didapat, baik dari WA, FB atau instagram. Cek siapa yang membagikan informasi dan darimana mereka mendapatkan informasi tersebut. Bahkan, jika informasi tersebut berasal dari teman atau keluarga, tetap periksa sumbernya. 
  2. Jangan hanya baca judulnya. Judul mungkin sengaja dibuat sensasional atau provokatif untuk mendapatkan jumlah klik yang tinggi.  
  3. Identifikasi penulis. Telusuri nama penulis secara online untuk melihat apakah penulis adalah seseorang yang nyata dan kredibel. 
  4. Cek tanggal. Periksa apakah informasi tersebut merupakan informasi terbaru, apakah sudah up to date dan relevan dengan kejadian terkini. Periksa apakah judul, gambar atau statistik yang digunakan sesuai konteks. 
  5. Cek bukti pendukung lain. Cerita yang kredibel mendukung klaim dengan fakta. 
  6. Cek bias. Pikirkan bahwa bias pribadi Anda akan mempengaruhi penilaian Anda terhadap hal yang dapat dipercaya atau tidak.  
  7. Cek organisasi pemeriksa fakta. Cek berita yang ditemukan dengan tulisan atau temuan yang sudah diverifikasi oleh  organisasi pemeriksa fakta baik dalam lingkup nasional, seperti Cek Fakta Tempo atau media nasional lainnya maupun pemeriksa fakta internasional seperti AFP factcheck, dan Washington Post factcheckers.  

Lalu untuk memeriksa fakta, khususnya seputar klaim kesehatan, moms bisa menggunakan tools dan teknik dasar yang diperlukan di antaranya:

Periksa fakta

  • sumber referensi yang terpercaya seperti website resmi institusi atau organisasi (Badan Kesehatan Dunia/WHO, Pusat Pencegahan dan Pengandalian Penyakit AS/CDC, Kementerian Kesehatan, Badan POM, Ikatan Dokter Indonesia/IDI, Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia/IAKMI) dan jurnal ilmiah, seperti the New England Journal of Medicine, the British Medical Journal, Nature Medicine, the Lancet). 
referensi yang akurat
  • studi peer-review dan pre-print. Peer review merupakan studi penelitian melewati proses evaluasi oleh tim pakar independen dari bidang keilmuwan yang sama. Peer-review umumnya dianggap sebagai gold standard dalam studi ilmiah. Sedangkan pre-print belum melewati proses peer-review. 
studi peer review dan pre print
  • studi korelasi dan hubungan sebab akibat. Studi korelasi mengukur derajat keeratan atau hubungan korelasi antara dua variabel. Sedangkan studi hubungan sebab akibat untuk meneliti pola kausalitas dari sebuah variabel terhadap variabel lain.
menggunakan studi korelasi

Nah, moms, jangan pernah lelah untuk mengupgrade diri memiliki kemampuan cek fakta kesehatan di masa pandemi ini, ya. Demi kesehatan dan keselamatan orang orang yang kita kasihi dan cintai. Stop hoaks cukup di kita. Semoga semakin banyak keluarga yang dapat menghentikan hoaks dari rumah. Waspada hoaks! Demi keselamatan dan kesehatan keluarga. Jika Moms, tidak punya waktu untuk mengecek satu per satu informasi yang bertebaran di sosial media Moms, jalan pintasnya adalah mengecek di web Cek Fakta Tempo https://cekfakta.tempo.co/ atau di Instagram Cek Fakta Tempo https://www.instagram.com/tempo.cekfakta/ . Yuk, jadi Moms yang cerdas dalam menangkal hoaks di sekitar kita. 

Salam sehat,
Sri Widiyastuti
Saya ibu rumah tangga dengan 6 orang anak. Pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Isi blog ini sebagian besar bercerita tentang lifestyle, parenting (pengasuhan anak) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga dan perempuan. Untuk kerjasama silakan hubungi saya melalui email: sri.widiyastuti@gmail.com

Related Posts

49 comments

  1. Yak!
    Adaaa aja ya, hoax jaman now.
    Apalagi kalo terkait kesehatan, byuhh banyaakk banget!

    Alhamdulillah, artikel ini memaparkan gimana cara cek fakta vs hoax
    super ngebantu banget!

    ReplyDelete
  2. Sekarang ini memang banyak berita bersliweran yang belum tentu juga kebenarannya. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, berita tetang covid banyak sekali, gak tau juga mana yang benar mana yang hoax. Sedih sekali kalau sampai ada yang menjadi korban hoax.

    ReplyDelete
  3. Semenjak pandemi makin parah ya mbak rasanya hoax seputar kesehatan..kmr juga abis baca ada bapak2.meninggal gegara percaya sama omongan dr.Lois yg kemarin sempat heboh. Makanya penting bangey untuk.menyaring info sebelum sharing

    ReplyDelete
  4. Nah ini, banyak informasi beredar, bisa jadi ngefek buat orang-orang tertentu namun buat orang lain tidak. Menyedihkan ya kalau sampai kejadian kayak bapak kerabat Mbak di atas.

    ReplyDelete
  5. herannya di masa pandemi seperti sekarang banyak sekali yang jahat dan iseng sebarkan hoaks. misinformasi dan disinformasi benar - benar harus kita perangi

    ReplyDelete
  6. Aku juga masih bingung sama yang gak percaya covid, Mba. Tapi dr.Tirta selalu bilang kalau kamu gak percaya ya sudah, biarkan orang yang percaya dengan narasinya. Jadi masing-masing saja. Walau begitu, saat keluarga termakan hoax dan sering share berita hoax malah bikin kesal. Apalagi kalau debat, pasti gak akan ada habisnya. Mengatasi berita hoax ini memang penting banget, agar tidak ada orang terdekat di sekeliling kita yang merasakan dampak negatif dari hoax. Terlebih banyak cara yang bisa kita lakukan untik verifikasi setiap berita yang diterima dengam cek sumber aslinya, cek gambar dan video.

    ReplyDelete
  7. Cek ricek dan verifikasi berita itu penting sekali supaya tidak termakan berita hoaks. Apalagi kalau sampai menyebarkan berita yang tak benar. Duh, kasihan yang menerima berita secara mentah-mentah..

    ReplyDelete
  8. wah iya mbak, saat pandemi seperti ini banyak banget hoaks yang beredar di masyarakat
    ini tentu sangat berbahaya ya mbak
    makanya diperlukan kemampuan cek fakta seperti ini

    ReplyDelete
  9. Hoaks makin menjadi-jadi ya...salurannya juga semakin banyak dan mudah diakses..kayak wa grup atau grup-grup medsos. Sebagai pengguna medsos harus teliti dan hati2 menyikapi hoaks

    ReplyDelete
  10. bener nih, mbak sekarang memang banyak banget berita hoaks muncul terkait covid ini. kalau nggak pintar dan teliti kita bisa ikutan termakan hoaks tersebut deh

    ReplyDelete
  11. Kadang sekarang itu suka bingung membedakan mana hoaks mana benar-benar informasi valid karena semua berseliweran di lini masa.

    ReplyDelete
  12. WAG emang gudangnya bertabaran info hoaks teh, ya Allah turt berduka semoga tidak ada lagi case seperti bapak..ngeri banget itu saturasi sampe turun terus tapi terlambat penanganannya semoga bisa jadi pelajaran ya teh biar ga menyama ratakan treatmentnta ke semua dengan menyebar kayak gini

    ReplyDelete
  13. Sekarang emang harus jeli banget ya mba. Malah saat ini aku membatasi berita tentang covid ini biar tetap waras stay positif aja. Tetep waspada tapi jangan terlalu takut harus jeli percaya/cari berita ya mba. Terimakasih infonya sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  14. Duh ini mah banyak banget beredar terutama di medsos kadang di share di grup wa juga tanpa di cek dulu kebenarannya padahal kondisi tubuh tiap orang ya beda2. Masyarakat harus aktif ini membendung berita hoax bukannya ikut menyebarkannya juga

    ReplyDelete
  15. Wah, kemampuan cek fakta dan informasi seperti ini nih..kudu dibaca dan dipahami banyak orang. Terutama yang memiliki generasi orangtua ((di atas kita)) yang baru akan memulai memahami teknologi.

    Semoga cek fakta sebelum menyebarkan ini bisa bermanfaat mengendalikan informasi hoax.

    ReplyDelete
  16. Tingkat literasi indonesia memang menyedihkan ya...
    Seru banget nih, saya baca ini jadi nambah ilmu tentang hoax dan tau cara mengeceknya...

    ReplyDelete
  17. Kalau bicara soal hoaks ini suka bingung mba sama orang-orang yang main bagi saja tanpa membaca secara saksama. Artikel ini semakin menambah wawasan saya soal hoaks dan cara memeriksanya. Informasi yang sangat baik. Izin share link ya mba.

    ReplyDelete
  18. setuu kalau dampak dari artikel fto dan video hoax nih ga bagus ya mbak. keliatannya gak kenapa2 tapi kita ga tau kalau di beberapa keluarga hoax ini bisa jadi boomerang banget

    ReplyDelete
  19. Setuju bangeeet, hoaks itu menyesatkan dan membahayakan banget ya maaaak.. bener bener harus cek fakta hoaks dl sebelum menyebarkan ke yang lain yaaa

    ReplyDelete
  20. Sering kesel deh mba kalau ada yang langsung nyebar-nyebarin sesuatu tanpa dicek dulu kebenarannya. Yang ada kan malah makin bikin si hoax ini laris manis dibaca kaaann... Semoga saja makin banyak masyarakat yang teredukasi tentang cara cek fakta melalui langkah-langkah di atas tadi ya.

    ReplyDelete
  21. Nah gak semua orang paham dengan situs-situs ini memang, masih banyak sekali orang yang share tanpa mikir, entah itu nggak tau beneran apa emang cuma ikut-ikutan. Artikel kayak gini memang harusnya ada di blog semua blogger sih termasuk saya. Biar nggak banyak orang awam yang kemakan hoax. Apalagi soal covid ini, sungguh menyedihkan karena bisa fatal banget.

    ReplyDelete
  22. Sangat disayangkan jika orang begitu saja percaya informasi tanpa cek fakta dulu kebenarannya ya, mbak. Bisa fatal seperti kasus Bapak yang meninggal di atikel ini. Memang kita mesti hati-hati dan waspadai hoaks demi keselamatan dan kesehatan keluarga.

    ReplyDelete
  23. Memang sekarang harus pintar-pintar cek n ricek ya, Mba Sri. ga bisa sembarangan nerima berita. Yang perlu tau ini orangtua. Banyak yang nggak ngeh soal informasi hoax

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah, membaca artikel ini jadi nambah pengetahuan buat cek ricek informasi sebelum memutuskan untuk mempercayai/menyebarkannya. Kadang kalau cuma baca sekilas informasi, emang kayaknya bener ya, tapi setelah di cermati ternyata hoaks

    ReplyDelete
  25. Huhuhu hoax ini emang udah ngeri2 sedap ya..kadang aku sampe bertanya-tanya maunya apa ya pembuat hoax ini... Parahnya lagi yang percaya hoax juga gak sedikit. Padahal dicek ricek dulu aja ya semua info yang kita terima dan mau dishare

    ReplyDelete
  26. masalahnya sekarang hoax lucu2an juga jadi serius di orang yang ga paham ya. malah jadi buruk jg nih dampaknya. bener deh skrg wajib banget ya cek2 artikel bener atau gak

    ReplyDelete
  27. Makin berseliweran info2 maupun berita via WAG nih. Terutama di masa p0andemi adalah soal si corona dan vaksin. Hhhhmmm....tentunya kalau terima info mesti dicek dulu kebenarannya ya mbak, jangan langsung disebarkan lagi :)

    ReplyDelete
  28. intinya banyak cek2 berita dulu ya mbak sebelum ditelan mentah2 dan dishare kembali ke banyak orang biar dampakya ga jadi jelek

    ReplyDelete
  29. Hoax bisa sampai menyebabkan kematian ya Allah. Harus benar-benar bisa menyaring berita dengan website terpercaya sebelum dishare ke orang lain yah

    ReplyDelete
  30. Percaya dan turut menyebar hoax sangat bahaya. Maka kudu ditangkis dengan cara yang tepat dan ikuti langkah yang sudah diajarkan. Meskipun terkesan ribet karena harus cek fakta sana-sini tapi lebih baik dari pada nanti malah membuat diri sendiri maupun orang lain jadi korban hoax. Teknologi informasi maju, literasi juga harus maju.

    ReplyDelete
  31. Sedih banget banyak yang terjerumus dengan hoax, apalagi hoax kesehatan. Di masa ini paling nyeremin, bahkan berawal dari hoax bisa berujung kematian. Semoga dengan edukasi konten baik seperti ini bisa mengurangi dampak hoax.

    ReplyDelete
  32. Semua berita hoax itu membahayakan terutama yang mengandung informasi seputar kesehatan. Kalau sampai salah malah bisa menyebabkan kesehatan bertambah buruk. Semoga tingkat literasi masyarakat kita bisa meningkat ya, agar tidak ada lagi penyebaran berita hoaks

    ReplyDelete
  33. Blow up informasi - terus dishare pula, itu yang paling seriing terjadi di ...grup whatsapp keluarga coba!

    Mo ngasih tau eh pakde sendiri, kan rada piyeee gitu

    ReplyDelete
  34. Di WAG keluarga,, syaa yang paling aktif kasih info tentang hoax. Abisnya infonya banyak yang meresahkan. Tentu aja saya berusa cek fakta dulu. Semoga yang saya sampaikan tidak salah

    ReplyDelete
  35. Yes, perlu lebih kritis untuk cek hoax atau fakta sebelum menyebarkan berita. Ngeri ih banyak banget info beredar tentang covid, jadi makin ga jelas mana yang dapat dipercaya. Biasanya ku lihat sumber informasinya, nanya ke yang sharing langsung supaya jelas gitu.

    ReplyDelete
  36. Turut berduka cita ya, Mbak

    Sebenarnya minum ramuan, rempah itu memang gak ada yang salah ya. Dari dulu banyak buat terapi, tapi memang untuk yang sehat sebagai pencegahan. Kalau udah ada tanda kena dan gejala berat, mending minta bantuan tenaga medis. Jangan sampai cuma ikutan berita di WA, tapi gak jelas itu dari mana. Sering banget ketemu ginian di grup

    ReplyDelete
  37. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un sekarang banyak yang isoman meninggal ya Teh karena RS penuh, juga pada takut ke RS karena ngeri dicovidkan dan isoman di rumah seadanya..huhu sedih baca ceritamu keluarga pasien termakan informasi hoaks dan taruhannya nyawa..

    ReplyDelete
  38. paling banyak itu hoaks yang beredar di Whatsapp group
    tiap hari ada aja yg share berita hoaks
    meresahkan banget
    memang kita harus punya kemampuan cek fakta seperti ini ya mbak

    ReplyDelete
  39. Aku termasuk yang sering banget menerima informasi hoax di whatsapp grup tapi biasanya langsung aku cek mba kebenarannya. Jangan sampai deh dapat berita atau info hoax

    ReplyDelete
  40. Memang udah di tahap mengkhawatirkan ya hoax yang sekarang ini beredar. Apalagi hoax kesehatan terkait pandemi. Duh, udah bikin jengah deh. Dulu aku cukup tahu aja. Tapi sekarang, udah mulai coba bantah dengan cak fakta terlebih dahulu. Habisnya bikin pandemi terancam berlarut-larut. Bikin menghambat penanganan. Semoga ya, dengan semakin banyaknya sosialisasi Cek Fakta seperti yang dibuat Tempo Institute ini, masyarakat bisa semakin bijak menyikapi hoax.

    ReplyDelete
  41. Iya mbak aku suka terima juga SMS dari Datgas COVID-19. Kadang memang karena informasi disebarkan oleh keluarga terdekat jadi banyak yang percaya juga ya padahal belum tentu kebenarannya. Makanya penting banget ya kita mengecek faktanya untuk mencari kebenaran dari sebuah berita atau hoax yang sedang beredar.

    ReplyDelete
  42. Iya, perlu ketelitian dan ketelatenan dalam mengecek kebenaran berita/foto/video. Dan ternyata ada jalan pintasnya ya untuk mengeceknya. Hehe.
    Memang kita kudu pintar-pintar menyaring berbagai berita yang masuk ke kita ya, Mbak :)

    ReplyDelete
  43. Banyaknya penduduk Indonesia menjadikan kita negara dengan pengguna internet keempat terbesar yaa..
    Beneran sekarang kudu banyak dan cek bahan bacaan di situs terpercaya.

    ReplyDelete
  44. Dimasa sekaramg emang banyak banget berita terkait pandemi. Dan nyatanya banyak juga yg hoax dan kita percaya aja karena banyak yang share...jadi ikutan panik..

    Kalo dah agak aneh aku males ikutan share..kudu disaring juga..jangan samoai kita ikut nyebar hoax juga

    ReplyDelete
  45. Bagiku WAG lingkungan merupakan sumber berita HOAX yang tak terbendung, heuheu. Hampir tiap hari ada share berita aneh-aneh begitu. Kadang sehari sampai beberapa kali. Hampir setiap hari juga saya cek fakta berita aneh-aneh itu, kemudian share kembali ke WAG. Tapi tetep aja gak selesai-selesai. Duh, gak paham aku kenapa kok orang2 itu gampang banget share-share padahal mereka gak tau juga apa isinya.

    ReplyDelete
  46. Sekarang jaman covid begini mulai keliatan siapa yg gak ada empati dan hati nurani, salah satu nya keluarin hoax. Semoga mendapat hidayah aamiin

    ReplyDelete
  47. senang sekali baca artikel ini. Dengan beredarnya banyak berita Hoax yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, akan semakin banyak korban. Artikel Waspa Hoax ini harus dibaca oleh semua orang yang kebiasaan hanya meneruskan berita berita tanpa mengecek kebenaran, terutama sering di group WA. Terkadang begitu ditegur oleh admin bahwa info itu Hoax, jawabannya sunggug enteng dan tidak menunjukkan sikap bertanggung jawab, " saya hanya meneruskan kok"....Semoga sikap sikap seperti ini segera hilang dan menjadi pemakai medsos yang bertanggung jawab sesuai di artikel Bu Sri. Terima kasih sharingnya, semoga semakin sedikit berita hoax dan pengguna medsos semakin pintar memfilter. Salam sehat dan selamat beraktifitas.

    ReplyDelete
  48. Hoax ini concern ku sejak awal Corona masuk ke Indonesia. Orang-orang Indonesia itu gemar banget denial dan makin kuat denial-nya saat ada banyak berita hoax bertebaran di platform media sosial dan WAG adalah salah satu dari banyak platform yang menurutku kuat banget Mak untuk persebaran berita2 yang belum terverifikasi kebenarannya. Semoga dengan adanya platform Cek Fakta ini bikin masyarakat jadi lebih kritis dan aware untuk cari tau kebenaran dari sebuah info.

    ReplyDelete

Post a Comment

iframe komentar